Mohon tunggu...
mros
mros Mohon Tunggu... Mahasiswa - helo

haii everyone-!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belajar Arti Bersyukur

9 Mei 2022   22:29 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:08 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo guys, kemarin (7 April 2022) sekitar pukul 10.00 WIB. Aku berkunjung ke rumah Mbah Sanatun. Beliau ini adalah salah satu warga di Kota Malang. 

Lebih tepatnya di Kelurahan Sumbersari dekat dengan Universitas Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang atau yang lebih dikenal sebagai UIN Malang. 

Untuk pergi kerumah Mbah Santun, kita diantarakan oleh Ketua RT setempat beliau in bernama Pak Imam. Yang dengan baik hati dan sukarela mengantarakan kami untuk bertemu dengan Mbah Sanatun.

Mbah sanatun adalah seorang janda yang telah lama ditinggal oleh suaminya. Beliau hidup dan tinggal di rumah yang terbilang sederhana dan sempit. Beliau ini hidup seorang diri tanpa anak maupun suami bisa dibilang sebatang kara. 

Namun beliau mempunyai tetangga yang mata sanggat baik dan pengertian. Terkadang para tetangga berbagi makanan yang mereka miliki bahkan kadang juga uang untuk mbah sanatun membeli kebutuhan hidup. 

Namun pernah suatu hari, ketika tetangga Mbah Sanatun memberi beliau makanan, beliau menolak karena merasa tersinggung. Beliau beranggapan bahwa lebih mmebutuhkan uang dibanding dengan makanan maupun sembako. 

Pernah suatu ketika ada tetangga yang memberi sembako kepada Mbah Sanatun, si Mbah menjual sembako tersebut untuk mendpatkan uang. 

Kita juga tahu bahwa dengan usia yang sudah senja (sekitar 70 tahun) dengan tenaga yang sudah tidak seperti dulu kemungkinan kecil untuk memasak, maka mbah lebih suka diberi uang karena bisa membantu mbah mebeli kebutuhan untuk makan sehari hari maupun lain.

Dirumah mbah sanatun, beliau banyak bercerita dan mengobrol denganku. Beliau bercerita bahwa dulu Mbah hidup berdua dengan suaminya yang bernama Pak Roslan, Pak roslam yang berprofesi sebagai tukang becak. 

Suami mbah sanatun atau Pak Roslan ini menunggu penumpang di pinggir jalan besar di area Kota Malang, harap harap pada yang ingin menaiki becaknya. Terkadang ketika Pak Roslam sedang bekerja, beliau sering ditipu oleh para penumpang. 

Seperti contoh sering ditinggal oleh penumpang bahkan tidak dibayar. Karena tubuh yang semakin menua pak roslan sering sakit yang membuat beliau jarang membecak lagi. Tapi melihat kebutuhan rumah tangga, beliau nekat membecak lagi meskipun kondisi Kesehatan beliau yang kurang stabil. Dengan kondisi Kesehatan yang kurang, membuat beliau tidak focus dalam mebecak. Hal itu membuat beliau tertabrak truck dan meninggal di tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun