Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kepada Yusran Darmawan

12 Oktober 2015   22:04 Diperbarui: 12 Oktober 2015   22:04 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=3612688989820&set=a.1531346877568.2075685.1051635385&type=3&theater"]Malam itu saya belum mengenalmu. Engkau hadir memakai pet ala pak Tino Sidin di pesta pernikahan adik iparku yang ternyata juga adalah temanmu. Dari jauh saya hanya mengamati engkau asyik ngobrol dengan seseorang. Tak lama, suami yang malam itu menyempatkan hadir bersama di acara tersebut mendekatimu, bersalaman, berangkulan, kemudian terlibat obrolan yang mendalam. Sambil menikmati sajian makan malam di piring, saya masih terus bertanya-tanya dalam hati. Siapakah orang ini?

            Sambil tertawa-tawa, kadang tangan kalian bergantian disilangkan di dada, seolah tak perduli dengan suara dentuman musik yang cukup keras malam itu, kalian berdua menikmati pembicaraan yang entah apa topiknya ketika itu. Yang pasti, melihat keseruannya nampaknya kalian masih akan terus ngobrol jika saja saya tidak mendekat, dan dengan isyarat kecil mengajak suami untuk pamit pulang lebih awal.

            Saya pun mengangguk kecil sambil tersenyum kepadamu sebagai isyarat penghormatan sambil melangkah keluar pintu. Di halaman gedung malam itu saya bertanya pada suami, siapakah tadi yang ia ajak ngobrol sampai begitu larut nampaknya? Dijawab olehnya, “Teman, namanya Yusran. Penulis sekaligus wartawan di Tribun Timur.”

            “Oh, sekarang kegiatannya apa, tinggal di mana?” cecarku.

            “Kalau tidak salah, dia sekarang menetap di Bogor setelah selesai S2 dari Ohio.”

            Seingatku tak banyak yang saya tanyakan padanya malam itu, hanya sebatas tanya nama, aktif di mana, atau bertanya kesibukannya apa? Sampai kemudian beberapa minggu setelahnya saya mendaftar akun di Kompasiana, dan membaca salah satu tulisanmu yang keren dan jadi headline waktu itu,  lalu dalam hati mengulang-ulang mencoba menggali ingatan yang berhubungan dengan nama yang tertera di bawah tulisan  tersebut.

            Saya masih belum yakin dengan apa yang menjadi dugaan di kepala, bahwa inilah orang yang malam itu saya lihat di pesta pernikahan keluarga adik saya. Sampai kemudian suami pulang ke rumah, saya segera mencari tahu kebenaran dari dugaan saya. Apakah ini orang yang sama dengan yang kita temui malam itu?

Tak salah lagi. Memang benar engkaulah si pemilik nama. Tak pakai lama saya pun mengirim inbox salam perkenalan kepadamu, sambil memperkenalkan diri. Dengan sedikit mengingatkan bahwa saya melihatnya malam itu di acara pesta pernikahan keluarga. Engkau pun membenarkan kehadiranmu saat itu di sana. Rupanya yang menikah, si pengantin pria adalah juga sahabatmu. Dunia memang benar-benar kecil....Andai waktu itu sudah kenal, pasti saya ikut nimbrung ngobrol di sana.

Kita pun menutup obrolan di inbox Kompasiana (ketika itu) dengan saling menitip salam pada keluarga masing-masing. Jujur kukatakan jika tulisanmu benar-benar bagus dengan pilihan-pilihan diksi yang tidak lazim digunakan pada tulisan sejenis. Tak banyak yang memiliki kemampuan seperti ini. Terkadang untuk lebih memuaskanku membaca lebih jauh, saya sekali-sekali mampir ke blogmu: timur-angin.com untuk membaca lebih banyak lagi cerita-cerita yang tak semuanya engkau share di Kompasiana.

Banyak pengetahuan menulis yang saya dapat dari tulisan-tulisanmu. Di antaranya engkau menulis bahwa: Seorang jurnalis adalah etnografer hebat yang bisa menggambarkan detail-detail dengan cara mengagumkan, yang tidak fokus pada mengejar informasi lalu memuatnya dengan cepat, melainkan kemampuan untuk merajut dan menemukan makna di balik setiap informasi yang hendak dideskripsikan.

Bung Yusran, saat menulis surat ini, suami (yang katanya pernah mengisi sebuah diskusi di kampus, dimana saat itu engkau hadir di sana, masih berstatus  mahasiswa tingkat awal dan bertanya sesuatu dengan sangat cerdas) ada di sampingku. Ia melihat judul surat ini sambil membacanya sedikit keras. Ia tersenyum........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun