Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu...

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

No Comment untuk Masalah yang Tidak Saya Pahami

7 November 2014   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:22 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://cgdata.cybergamer.com/u/12/110470/portrait/no_comment_3.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="468" caption="http://cgdata.cybergamer.com/u/12/110470/portrait/no_comment_3.jpg"][/caption] Ada satu kecenderungan baru yang saya perhatikan dan rasakan manfaatnya akhir-akhir ini, yakni saya sering bersilaturrahim dengan sesama teman penulis di sebuah media online. Entah itu memberikan vote (penilaian) pada tulisannya dengan kata-kata: aktul, menarik, inspiratif, bermanfaat, atau menuliskan komentar pada kolom bawah tulisannya. Baik komentar basa-basi ataupun komentar serius. Yah itulah dunia  pertemanan. Perlu strategi dan metode yang tepat untuk mempertahankannya. Kecenderungan saya setelah memberikan komentar serius itu adalah saya justru menemukan banyak ide tulisan di balik kalimat-kalimat dalam komentar tersebut. Itulah mungkin yang disebut inspirasi. Kita tidak pernah tahu dari mana sumbernya. Tapi kalau saya kembali melihat beberapa tulisan yang saya buat, ada beberapa di antaranya yang bersumber dari komentar saya sendiri di lapak orang lain. Lucu juga kadang. Sampai kalau ingat saya senyum-senyum sendiri menikmati keragaman sumber tulisan saya. Seperti judul di atas. Beberapa hari ini di sela-sela kesibukan saya mengerjakan administrasi toko, saya masih menyempatkan mengunjungi dan membaca beberapa tulisan teman-teman sesama penulis yang menurut saya menarik untuk dibaca. Di sana saya juga menyempatkan meninggalkan jejak berupa vote atau komentar. Nah, kemarin ada tulisan teman soal mobil Pak Amien Rais yang ditembak oleh seseorang, setelah saya baca habis saya pun berkomentar di sana. Dalam komentar tersebut, saya mengatakan “saya no comment karena tidak mengerti masalahnya”. Rupanya kata-kata ini telah lagi-lagi mendorong saya untuk menuliskannya. Artinya, saya kembali selalu menyadarkan diri saya terutama dan siapa pun yang mau menarik manfaat dari sini (jika dianggap bermanfaat), bahwa begitu banyak masalah yang terjadi di sekitar kita, dan begitu banyak pula opini atau pendapat yang berkembang atas suatu masalah. Namun, seyogyanya kita harus tetap berpijak pada asas bahwa sekecil apa pun kata-kata kita, ia akan memberi pengaruh pada orang yang membacanya. Sehingga kita selalu terdorong untuk berpikir dan menimbang sebelum mengemukakan suatu pendapat atau bahkan sanggahan terhadap suatu persoalan. Bukan mau cuek, atau masa bodoh, tapi lebih kepada kehati-hatian saja. Biarkanlah orang-orang yang paham dengan masalah tersebut yang membahasnya. Toh kita juga punya kelebihan pengetahuan atas persoalan yang lain. Contohnya, saya akan lebih mudah menanggapi segala tulisan yang berbau persoalan kepedulian terhadap sesama, persoalan anak, keluarga, dan pendidikan ketimbang persoalan ekonomi, pemerintahan, olahraga, atau politik khususnya jika menyangkut sebuah kasus yang kompleks, dengan menggunakan intrik-intrik tertentu untuk mencapai tujuannya. Begitupun sebaliknya dengan penulis-penulis yang lain. Oleh karenanya saya lebih memilih menjadi ‘silent reader’ saja atau paling tinggi kasih vote. Ada satu tindakan yang tepat jika kita berada pada posisi ‘tidak paham’ seperti ini. Yakni hendaknya kita menggunakan metode bertanya. Dengan bertanya kita tidak terkesan ‘sok pintar’. Tapi jika ikut memberikan klarifikasi atas suatu masalah yang kita sendiri tidak tahu banyak soal itu, maka ia bisa menjadi bumerang. Karena ia akan mudah terbaca oleh orang lain jika sebenarnya kita hanya sekadar nimbrung. Seseorang tidaklah harus ahli dalam semua bidang. Karena itu sesuatu yang langka dan cenderung mustahil. Namun tak ada salahnya mengetahui suatu topik/masalah meski hanya sekilas atau luarnya saja. Karena ia tetap perlu diketahui sebagai pelengkap atau warna-warni dalam menjalani kehidupan. Namun bukan berarti kita tahu banyak soal tersebut. Sayangnya masih banyak yang memilih berdiam pada posisi ini. Kebencian dan kecintaan pada sesuatu jangan sampai membutakan mata dan hati kita untuk melihat potensi yang terkandung di baliknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun