Mohon tunggu...
Matthew Raphael
Matthew Raphael Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Analisis Risiko Penyakit DBD di Bangka Tengah

13 Juli 2020   09:28 Diperbarui: 13 Juli 2020   09:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tular vektor (biasanya melalui perantara serangga) yang paling dikenal oleh masyarakat. DBD adalah infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue. Virus Dengue ditularkan dari spesies nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti yang menghisap darah adalah nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga. 

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari, aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-14.00) sampai petang (16.00-17.00). Aedes Aegypti sangat infektif sebagai penular penyakit, setelah menghisap darah nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau di luar rumah, tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air. 

Tempat penampungan air dapat dikategorikan menjadi controllable sites (CS) dan dispossable sites (DS). Controllable sites adalah tempat penampungan air yang dapat dikontrol atau dikendalikan oleh manusia, seperti bak mandi, ember, kolam ikan, dan sejenisnya. Dispossable sites adalah tempat penampungan air yang tidak dapat dikontrol oleh manusia, seperti botol bekas, ban bekas, genangan air, tempurung kelapa, dan sejenisnya.

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebarannya semakin luas. Begitu pun kasus DBD di Bangka Tengah. Kasus DBD di Bangka Tengah dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang sesuai dengan tempat beristirahat dan bertelur nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD. Selain itu, perilaku masyarakat sekitar juga mendukung terbentuknya kondisi lingkungan yang sesuai untuk nyamuk tersebut sehingga bisa terjadinya kasus DBD di Bangka Tengah. 

Beberapa perilaku masyarakat yang mendukung terjadinya kasus DBD adalah jarang membersihkan rumah dan pekarangan sekitar, jarang menguras bak mandi dan tidak melakukan 3M dengan baik, masih banyak yang membuang sampah sembarangan, serta pada rumah yang terdapat banyak nyamuk masih tidak menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot, dan elektrik. Perilaku masyarakat yang demikian bisa terjadi karena faktor pendidikan, pekerjaan, kemiskinan, dan kebiasaan.  

Perilaku masyarakat yang kurang baik tersebut tentunya dapat membuat lingkungan sekitar tempat tinggalnya menjadi kotor dan dapat menjadi sarang untuk nyamuk, termasuk nyamuk penyebab DBD. Lingkungan yang kotor, lembab, dan gelap akan menjadi tempat beristirahat nyamuk (resting place), sedangkan lingkungan yang banyak ditemukan tempat penampungan air, seperti botol bekas, ban bekas, genangan air, tempurung kelapa, bak mandi, ember, kolam ikan, dan sejenisnya akan menjadi tempat bertelurnya (breeding place). Jadi, perilaku manusia dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya sehingga dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD. Semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti, maka risiko terinfeksi virus DBD dan menjadi sakit juga semakin besar.

Pendidikan dan pengetahuan juga dapat mempengaruhi lingkungan sehingga menjadi lebih baik ataupun buruk. Pada dasarnya orang yang lebih berpengetahuan akan menerapkan kebiasaan yang lebih baik, misalnya seseorang yang sudah mengerti bahaya penyakit DBD akan melakukan tindakan pencegahan penyakit DBD dengan memberantas sarang nyamuk terlebih dahulu, sedangkan orang yang belum mengerti mungkin akan menganggap remeh hal tersebut. Dari hal sederhana itu saja sudah bisa dikatakan bahwa risiko terkena DBD orang yang kurang mengerti akan lebih besar dibandingkan orang yang sudah mengerti. 

Di Bangka Tengah sendiri masih ada ditemukan masyarakat yang belum mengerti akan penyakit DBD secara rinci. Masyarakat hanya mengerti bahwa DBD adalah penyakit yang berasal dari nyamuk dan hanya sebatas itu. Masyarakat masih kurang mengerti kondisi lingkungan seperti apa yang sesuai dengan sarang dan tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti. Ada juga masyarakat yang sudah mengerti secara lebih tentang DBD, tetapi karena kebiasaan kurang baik (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) tetap membiarkan kondisi lingkungannya kotor dan lembab. Oleh karena itu, kemungkinan untuk terkena DBD di daerah Bangka Tengah menjadi lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. 

Dari faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga dapat menyebabkan penyakit DBD. Kondisi geografis suatu daerah dapat mempengaruhi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kebiasaan masyarakat. Kondisi geografis Bangka Tengah yang cukup lembab, dikelilingi pantai, banyak dilewati sungai, dan memiliki kawasan hutan yang luas memungkinkan masyarakatnya untuk bekerja sebagai nelayan, petani kebun (kelapa sawit, karet, dan lada), pemburu, penambang timah, dan sebagainya. 

Dari jenis pekerjaan tersebut yang paling rentan untuk digigit nyamuk adalah masyarakat yang bekerja sebagai pemburu dan petani kebun, terutama petani kebun karet. Banyak jenis nyamuk termasuk Aedes aegypti yang bersarang di daerah perkebunan terutama kebun karet karena tempat tersebut lembab, gelap, dan banyak genangan air. Hal ini membuat daerah perkebunan menjadi cocok sebagai tempat tinggal dan berkembang biak sehingga risiko untuk digigit nyamuk termasuk Aedes aegypti menjadi semakin besar dan terinfeksi virus DBD serta menjadi sakit juga semakin besar. 

Pada akhirnya penyebaran penyakit tular vektor DBD di Bangka Tengah dapat meningkat atau menurun tergantung dari perilaku masyarakat dan kondisi lingkungannya. Jika tidak ada perubahan dari kebiasaan yang kurang baik tersebut, maka keberadaan penyakit DBD akan terus menjadi momok bagi masyarakat Bangka Tengah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun