Mohon tunggu...
Matthew Linardi
Matthew Linardi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aktif

Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menghadapi Pandemi Covid-19 di Bali: Internasional Vs Domestik

3 Juni 2020   15:21 Diperbarui: 3 Juni 2020   15:18 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bali merupakan provinsi di Indonesia yang disebut sebagai pulau dewata dan merupakan tujuan wisata yang banyak digemari orang. Baik turis internasional maupun domestik tidak bosan-bosannya berkunjung dan mengelilingi pulau Bali. Warga penduduk setempat juga melakukan kegiatan rutin mereka dan tidak jarang berinteraksi dengan turis yang menikmati keindahan pulau dewata ini. Semua aktivitas ini dapat kita saksikan sebelum virus corona menyerang dan menimbulkan adanya social distancing, physical distancing, dan PSBB yang diberlakukan di seluruh negeri Indonesia bahkan sampai seluruh belahan dunia.

Tentu saja kita tahu bahwa semua regulasi tersebut dibutuhkan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 yang kian meningkat kasusnya di Indonesia. Pulau Bali sendiri sudah mulai menerapkan regulasi-regulasi tersebut sejak bulan Januari dikarenakan banyaknya turis yang berasal dari berabagai penjuru dunia.

Pada bulan Januari sudah banyak turis internasional yang memilih pulang ke negara mereka masing-masing dan perusahaan yang biasanya dikhususkan untuk turis sudah mulai diberhentikan operasionalnya bahkan sampai tutup entah sementara atau selamanya. Kuta, daerah yang terkenal dengan kepadatan dan kesibukannya oleh wisatawan sekarang sudah bak daerah yang tak pernah tersentuh.

Dapat dilihat dari keadaannya yang sepi dan kosong tanpa adanya wisatawan yang berlalu lalang. Selain karena kesadaran para wisatawan, pemerintah juga mendukung regulasi yang sudah diberikan dengan menutup pantai kuta sehingga tidak diperbolehkan adanya yang masuk keluar pantai Kuta.

Akan tetapi ketika kita melihat keadaan penduduk setempat sampai saat ini terutama di daerah kota Denpasar yang sibuk, tidak ada perubahan sama sekali. Kota masih terlihat sibuk dengan keramaian kendaraan yang bolak-balik, aktivitas jual beli, interaksi dengan sesama tidak mengalami penurunan. Bahkan masih ada saja yang tidak mau memakai masker meski tau bahaya COVID-19 dan penyebarannya. Meski tidak semua tidak mematuhi tetapi dengan adanya dua atau tiga yang tidak menurut akan cukup buruk bila mereka yang menjadi akar penyebaran COVID-19.

COVID-19 dikabarkan mulai menyebar di Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Mengetahui informasi ini turis internasional setelah tahun baru memutuskan untuk kembali ke daerah asal mereka masing-masing dengan harapan tidak terjadi penyebaran di negara mereka. Beberapa negara juga dengan cepat memutuskan mengadakan regulasi Stay at Home Sedangkan penduduk setempat yang sudah mengetahui kabar penyebaran ini, bahkan sudah ditemukan kasus di Indonesia dan meilihat seberapa cepat dan besar penyebarannya, hingga bulan Mei 2020 masih saja melakukan aktivitas dengan biasa. Baik regulasi yang sudah dikeluarkan pemerintah bahkan kasus nyata yang terjadi tidak cukup untuk menarik perhatian penduduk dan menyadarkan betapa bahayanya COVID-19 ini

Tetapi apakah ini dikarenakan kurang patuhnya penduduk?

Mari kita bandingkan turis yang berasal dari luar Indonesia dengan warga penduduk Indonesia. Turis yang berkunjung ke Bali cenderung mengendarai motor tanpa menggunakan helm dan juga tidak mematuhi lampu lalu lintas. Sedangkan warga Indonesia yang berpergian ke luar negri entah disulap atau dihipnotis, dapat mematuhi aturan di negara tersebut dengan mudahnya.

Dari perbandingan disini kita dapat lihat bahwa memang warga Indonesia salah dengan tidak patuh terhadap regulasi yang sudah ditetapkan tetapi mereka tidak salah 100%. Kalau kita telaah kembali setengah kesalahannya ada pada pemerintah juga. Mengapa demikian? Aturan dari pemerintah dapat dikatakan tidak jelas dan ambigu. Ketika warga dilarang untuk nongkrong di mall tetapi masih ada mall yang terbuka; dalam masa lebaran warga dilarang mudik tetapi bandara masih terbuka untuk penerbangan.

Melihat negara tetangga Indoneisa di sekitaran Asia Tenggara yang sudah sukses dengan sistem "PSBB" mereka masing-masing dan mengalami penurunan bahkan pemberantasan kasus COVID-19, sebagai warga Indonesia sendiri saya cukup sedih melihat keadaan negara tercinta ini. Sehingga menurut saya jika ingin dengan cepat dan efisien memberantas COVID-19, tentu pemerintah harus memberikan aturan yang lebih jelas serta didukung dengan tindakan yang kembali menegaskan aturan tersebut. Selain itu juga diperlukan tingkat kesadaran diri dari warga Indonesia sendiri untuk menjalankan aturan dan regulasi yang sudah diberikan. Saya berdoa agar Indonesia dan dunia bisa cepat dipulihkan dari COVID-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun