Mohon tunggu...
Matthew Cllesia
Matthew Cllesia Mohon Tunggu... Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Saya Matthew Cllesia dengan NIM 123221039

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Salut! Beberapa Kafe di Indonesia Mempekerjakan Disabilitas Terutama Tuna Rungu dan Tuna Wicara

7 Oktober 2025   19:33 Diperbarui: 9 Oktober 2025   17:40 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Depan Cafe Dignityku (Sumber: Google Review Fina Merliane) 

Tampak Depan Sunyi Coffee (Sumber: Google Review Sunyi Coffee) 
Tampak Depan Sunyi Coffee (Sumber: Google Review Sunyi Coffee) 

Sejak buka 2019, Sunyi hadir bak oase di tengah minimnya kafe disabilitas Jakarta. Sunyi hadir tidak hanya sekedar menjadi tempat bersantai namun Sunyi Coffe juga memberikan pelatihan bagi penyandang disabilitas. Berlokasi di Jl. Barito I No. 31, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kafe yang bernuansa sunyi sama seperti namanya, cocok untuk pelajar atau pekerja yang membutuhkan suasana tenang, nyaman, dan menginginkan suasana baru.

Mempelajari bahasa isyarat membawa dampak positif yang sangat berarti, terutama dalam berkomunikasi dengan penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara. Bahasa isyarat adalah bentuk komunikasi nonverbal yang menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh sebagai simbol, sehingga memungkinkan penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan pendengaran dan berbicara untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara efektif. Keterampilan ini tidak hanya membantu memperluas jangkauan komunikasi, tetapi juga membuka pintu bagi pemahaman yang lebih baik dan penghargaan terhadap keberagaman. Dengan menguasai bahasa isyarat, seseorang dapat membantu teman dan kolega tuna rungu atau tuna wicara merasa lebih diterima dan terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan profesional.

Selain itu, belajar bahasa isyarat juga memberikan manfaat kognitif bagi pembelajar, seperti stimulasi perkembangan otak melalui penggunaan simultan otak kiri dan kanan, serta meningkatkan daya ingat dan kemampuan mengingat secara visual dan kinetik. Dalam konteks pendidikan, penggunaan bahasa isyarat meningkatkan pemahaman dan partisipasi aktif anak-anak tuna rungu dan tuna wicara, sehingga mereka merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam berinteraksi, yang pada gilirannya memperkuat rasa kebersamaan dan mendukung perkembangan keterampilan sosial mereka. Dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, kemampuan berbahasa isyarat dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas, menghilangkan hambatan komunikasi, dan memupuk empati serta solidaritas antar sesama manusia. Oleh karena itu, menguasai bahasa isyarat bukan hanya sebuah keahlian praktis, tetapi juga wujud nyata dukungan dan penghormatan terhadap hak serta martabat penyandang tuna rungu dan tuna wicara.

Bagaimana, sudah tertarik untuk mendatangi kafe-kafe dengan pengalaman yang seru dan menambah pengetahuan baru dibandingkan dengan kafe pada umumnya? belajar bahasa isyarat juga membantu kita untuk berkomunikasi dengan penyandang disabilitas seperti tuna rungu dan tuna wicara, yuk kita ramaikan kafe-kafe ini agar dapat membantu lebih banyak lagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dan membantu mereka agar tidak merasa berbeda dan berkecil hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun