Mohon tunggu...
Teguh S
Teguh S Mohon Tunggu... Guru - Praktisi & Pemerhati Pendìdikan

Bukan generasi milenial, tetapi pendidik anak-anak zaman milenial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbincangan tentang IKM dengan Rekan Guru (Bagian I)

12 Juni 2022   10:28 Diperbarui: 12 Juni 2022   10:30 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     Di depan perpustakaan sekolah penulis berpapasan dengan seorang guru senior, terlihat langkahnya goyah mendekati penulis. "Jangan tergesa-gesa diterapkan pada tahun 2022 ini, toh batas akhirnya tahun 2024, masih dua tahun lagi!", katanya setengah berbisik. Penulis teringat, di titik ini, di depan perpustakaan ini pertama kali berjumpa dengannya, enam tahun lalu. Dia salah satu guru senior di sekolah kami, lebih tepatnya senior dalam hal usia. "Santai saja pak", timpal penulis sambil berlalu.

     Beberapa hari kemarin penulis sempat terlibat perdebatan kecil dengannya. Akibat perdebatan tersebut melahirkan dua kubu, pertama pihak yang setuju dengan penyelenggaraan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) di sekolah kami tahun 2022 ini. Kubu yang kedua umumnya dihuni para guru senior adalah pihak yang tidak setuju.

     "Aku harus ngobrol dengannya", gumam penulis sambil membalikkan badan untuk menyusulnya. "Pak", seruku, tapi dia sudah hilang di balik pintu kelas. Sambil berjalan pelan menuju koperasi sekolah, penulis merenungi ucapan sang guru senior barusan. Untuk mengetahui latar belakang ucapannya, penulis berusaha memposisikan pikiran pada pikirannya, kemudian mencermati satu-persatu kata pembentuk kalimatnya. Di awal perenungan, penulis berasumsi ada indikasi suatu kondisi "belum siap", entah pada gurunya, entah pada sekolahnya, "Ya, ini latar belakang pemikirannya", gumam penulis. 

     "Emangnya untuk menerapkan IKM harus ada suatu kondisi kesiapan tertentu pada sekolah yah?", tanya penulis dalam hati. Penulis mencoba memperdalam dugaan-dugaan untuk menemukan kemungkinan jawaban. "Kondisi siap yang bagaimana yang harus dipersiapkan nih?", telisik penulis dalam hati. "Bukankah pemerintah sudah memberikan keluwesan bahwa sekolah tidak harus serta-merta melaksanakan 100% produk IKM. Untuk tahap awal, sekolah diperbolehkan menerapkan sebagian dari produk IKM, sedikit demi sedikit", gumam penulis dalam hati.

     Di pojok bangku koperasi, sambil menikmati minuman dalam botol, penulis masih merenungi istilah "belum siap". Sekali lagi penulis mencoba memposisikan pemikiran sesuai pemikiran sang guru senior. Istilah "belum siap" menunjukkan ada dua kondisi yang harus dibandingkan, dari kondisi lama menuju kondisi baru. Pertama, kondisi guru dan sekolah saat ini yang sudah terbiasa dan lancar dengan K13, itu suatu kondisi kemapanan, sebut kondisi lama. Di tengah zona nyaman tersebut tiba- datang IKM yang menuntut perubahan. 

     Sang guru senior mungkin membayangkan perubahan besar seiring pemberlakuan IKM nanti, mulai cara mengajar yang harus sesuai dengan standar proses IKM. "Ya, ini pasti yang dia pikirkan", gumam penulis. Penulis mencoba menelisik berbagai kemungkinan pemikiran yang lain. Mungkin terbayang pula olehnya perubahan paradigma penilaian yang tidak sekedar assessment of learning, dan menuntut refleksi diri. Mungkin juga ribetnya pengelolaan pembelajaran berbasis digital, itu semua adalah suatu kondisi khayalan yang menurutnya mungkin sulit digapai. "Dia membayangkan keruwetan untuk menggapainya, padahal semua itu bisa diurai dan bisa dipelajari", gumamku dalam hati. Penulis mencoba memahami kegalauan sang guru senior, penulis menyadari tidak mudah untuk memulai sesuatu yang baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun