Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Empat dasawarsa menggeluti bidang Corporate Communication di Kompas Gramedia, Raja Garuda Mas Group dan Bank CIMB Niaga. Memiliki pengalaman khusus dalam menangani isu manajemen serta strategi komunikasi terkait dengan akuisisi dan merger. Sarjana Komunikasi UI dan Sastra Belanda ini memperoleh Master Komunikasi dari London School of Public Relations serta sertifikasi Managing Information dari Cambridge University. Setelah purnakarya, menjadi Konsultan Komunikasi di KOMINFO. Saat ini mengembangkan Anyes Bestari Komunika (ABK), dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia; Universitas Multimedia Nusantara; Trainer di Gramedia Academy dan KOMINFO Learning Center serta fasilitator untuk persiapan Membangun Rumah Tangga KAJ; Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik RI; Ketua Umum Alumni Katolik UI; Koordinator Sinergi Perempuan Indonesia (Kumpulan Organisasi Perempuan Lintas Iman dan Profesi). Memperoleh penghargaan Indonesian Wonder Woman 2014 dari Universitas Indonesia atas pengembangan Lab Minibanking (FISIP UI) dan Boursegame (MM FEB UI); Australia Awards Indonesia 2018 aspek Interfaith Women Leaders. Ia telah menulis 5 buku tentang komunikasi, kepemimpinan dan pengembangan diri terbitan Gramedia. Tergabung dalam Ikatan Alumni Lemhannas RI (PPRA LXIV/Ikal 64).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Perempuan Bersatu (Bagian Ketiga)

26 Juli 2021   04:19 Diperbarui: 26 Juli 2021   06:49 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PEREMPUAN DAN ARUS KEPEMIMPINAN 

Kepemimpinan bukan hanya kemampuan manajerial dan memengaruhi orang lain, tetapi keberanian untuk meluruskan yang tidak selaras, mencerahkan dimana ada kekaburan.  (Mathilda AMW Birowo)

Politik berasal dari kata Yunani polis yang artinya kota atau negara kota. Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon.  Ia melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika seseorang mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya. Politik merupakan upaya atau cara untuk memeroleh sesuatu yang dikehendaki.

Ada banyak definisi politik yang dicetuskan para ahli dari berbagai sudut. Namun dari semuanya itu dapat dikatakan, Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditinjau dari sudut pandang berbeda, diantaranya adalah politik sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Salah satu problem utama di kalangan perempuan adalah di bidang ekonomi dan politik. Ketergantungan perempuan secara ekonomi terhadap laki-laki/suaminya menjadi salah satu penyebab perempuan tidak berani berpisah dengan suami ketika terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Ketergantungan ekonomi menjadikan perempuan dalam posisi tidak berdaya. 

Akan tetapi tidaklah mudah bagi perempuan untuk mendapatkan pekerjaan, pun di negara maju seperti Australia. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, bukan semata-mata karena kapasitas dan kapabilitas perempuan. Salah satunya karena kurangnya sistem dukungan, kurangnya kepercayaan diri dan self-esteem di kalangan perempuan sendiri.

The Australian Local Government Women's Association (ALGWA) Cabang Victoria adalah badan puncak yang mewakili dewan wanita di seluruh Victoria. ALGWA bertujuan untuk mendorong perempuan guna berpartisipasi dalam pemerintah daerah; melindungi kepentingan dan hak-hak perempuan dalam undang-undang; dan bertindak dalam kapasitas penasehat bagi perempuan yang mencalonkan diri untuk pemilihan pemerintah daerah.

Keterwakilan Perempuan

Tokoh-tokoh perempuan yang dipilih sebagai narasumber dalam forum-forum berikut tampak sangat memahami dan menerapkan unsur-unsur dalam kepemimpinan Inklusif diantaranya adalah bagaimana memanfaatkan pemikiran berbagai kelompok seperti ide, solusi, dan pengambilan keputusan secara lebih cerdas. 

Coral Ross, National President ALGWA Victoria dalam presentasinya menyampaikan tentang wawasan dalam pekerjaan organisasi, dan berbagi sumber daya praktis yang dapat diadaptasi dan direproduksi untuk konteks Indonesia. 

Pembicara lainnya  adalah Cr Emilia Lisa Sterjova, Whittlesea City Council dan Cr Stephanie Amir, Derebin City Council.  Mereka telah membuka wacana komunitas lokal dalam hal kelestarian lingkungan dan layanan bagi kaum muda. 

Mereka berbagi pengalaman dalam hal keterampilan bernegosiasi dan memengaruhi perubahan di bidang yang didominasi kaum pria. 

Mereka juga membahas tentang pentingnya keragaman dan iklusi dalam kepemimpinan, serta bagaimana cara dewan lokal di Victoria bekerja untuk mendukung dan mempromosikan mutikulturalisme dan pluralism agama.

Emilia L. Sterjova karena usianya begitu muda ketika maju  menjadi anggota dewan, sehingga banyak orang tidak percaya atas kemampuannya. "Waktu saya mau mencalonkan diri sebagai konselor, orang-orang mengatakan seharusnya ayah saya (yang dicalonkan), bukan saya", katanya. Ia menjadi salah satu perempuan councillor (anggota dewan) kota Whittlesea yang terpilih dalam usia yang sangat muda yaitu 19 tahun.  Saat pertemuan kami di Deakin Unviersity, ia masih berstatus sebagai mahasiswa di La Trobe University.

Sepak terjang Emilia berawal dari keikutsertaannya sebagai relawan di sebuah komunitas lokal di Australia. Ia mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan sosial diantaranya berkaitan dengan seni, budaya dan olahraga bagi pemuda. 

Bagi Emilia,  mencontohkan dirinya sebagai seorang perempuan muda adalah hal penting untuk menyuarakan kepentingan anak muda yang selama ini tidak terwakili. "Saya punya keterampilan unik untuk mewakili yang sebelumnya tidak terwakili, dan saya sangat bersemangat untuk membuat perubahan", ungkapnya.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam berbagai komunitas di Australia atau di pemerintahan selama ini didominasi oleh laki-laki. Sebagian besar councillor lokal adalah laki-laki dan sudah tua, "Padahal kita butuh diversitas dalam kepemimpinan" imbuhnya. Karena latar belakang tersebut Emilia merasa perlu berkontribusi di dunia politik untuk membawa ide-ide baru, walaupun upayanya tidak mudah karena banyak yang tidak menerima perubahan. Untuk menghadapi keadaan seperti ini Emilia belajar keterampilan bernegosiasi dan memengaruhi lingkungannya.

Saat ini di Melbourne, Victoria, telah memiliki keterwakilan perempuan di parlemen. Ada dua partai yang mendominasi di Victoria yaitu Partai Buruh dan Partai Liberal. 

Berbagai permasalahan mengenai keterwakilan perempuan hingga saat ini masih banyak terjadi di Australia. Misalnya tentang stigma bahwa perempuan tidak perlu bersekolah di sekolah yang layak seperti laki-laki, perempuan juga selayaknya tidak menjadi anggota parlemen tetapi hanya laki-laki. 

Namun demikian, banyak pandangan yang menyakini bahwa peran perempuan sangat penting dalam parlemen, misalnya perempuan dipandang lebih  mementingkan aspek-aspek keamanan, kenyamanan dan keseimbangan dalam setiap keputusan yang diambil.

Coral Ross, menegaskan agar perempuan menjadi agen perubahan dunia. Menurutnya kaum perempuan berkemampuan untuk memberdayakan dunia di sekelilingnya. 

Untuk mampu melihat perubahan pada orang lain, langkah pertamanya adalah berani menjadi pemimpin. Perjuangan dalam memeroleh kuota perempuan di parlemen masih berlangsung hingga saat ini. Hal mana memberi dorongan sekaligus pekerjaan rumah yang menjadi tantangan tersendiri.               

Tantangan dan Kesetaraan

Doc by Pelita
Doc by Pelita

Sebagaimana di atas disebut bahwa kondisi kesetaraan perempuan dalam hal politik di Australia masih merupakan suatu perjuangan. Caroline Brentnall menyebutkan perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender telah menempuh garis panjang dengan pencapaian yang signifikan, saat memeringati 40 tahun perjuangan hak perempuan (1972-2012). 

Kini perempuan Australia dapat menikmati akses pendidikan yang lebih baik dibanding masa lalu. Tetapi di sektor pekerjaan perempuan masih menghadapi ketidaksetaraan. Demikian dalam kasus-kasus hukum, bahkan kekerasan rumah tangga masih menjadi isu utama dewasa ini. 

Namun, sedikit tapi pasti, dalam ranah publik dan politik, perempuan telah berhasil tampil. Pada 1994, Partai Buruh untuk pertama kalinya menerima kuota perempuan dalam pencalonan legislatifnya. Selang 5 tahun kemudian, diterbitkanlah The Equal Opportunity for Women in the Workplace Act 1999 yang menjamin kesetaraan kesempatan kerja bagi perempuan. Hal membanggakan lainnya adalah Christine Nixon menjadi Kepala Kepolisian Negara Bagian Victoria, 2001. 

Seakan terus berpacu dalam prestasi, bintang baru tampil. Julia Eileen Gillard (48 tahun) berhasil menjadi perempuan Perdana Menteri Australia pertama dalam sejarah. Perempuan kelahiran Barry Islan Wales ini telah memaksa Kevin Rudd mundur dari jabatannya. Sebelumnya serangkaian jabatan keren dipikulnya mulai dari Wakil PM Australia, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Sosial dan Menteri Pendidikan.

Perempuan, Komunikasi dan Media

Dari apa yang telah di bahas di atas, maka bagaimana pemimpin perempuan   mengimplementasikan kemampuan berkomunikasi dalam tim kerja atau peran mereka dalam organisasi? 

Sushi Das adalah jurnalis Australia asal India yang memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun sebagai jurnalis dan editor di Fairfax Media. Dididik dan dibesarkan di London, Sushi pindah ke Australia pada tahun 1991 dan memulai karirnya sebagai reporter berita di Australian Associated Press. 

Karyanya telah diakui dengan diperolehnya penghargaan Melbourne Press Club Quill, termasuk Kolumnis Terbaik. Memoarnya, Deranged Marriage, diterbitkan oleh Random House. Saat ini ia bekerja sebagai Jurnalis Senior di RMIT ABC Fact Check. Sushi membahas wanita di media dan jurnalisme di Australia, dengan fokus pada tantangan, strategi, peluang, dan jalan ke depan, berdasarkan pengalamannya.

Sushi mengakui bahwa industri media tempat ia bekerja bukanlah area yang bersahabat bagi kaum perempuan. Sushi dibayar lebih rendah dari kolega laki-lakinya, sementara pengalaman dan rekam jejak karir profesional Sushi diakui lebih tinggi dari kolega laki-laki itu. Ia menghabiskan waktu enam bulan dalam kecemasan, malam-malam sulit tidur, memikirkan masalah tersebut. Ia menyadari bahwa untuk kesetaraan perempuan harus bertindak.

 Di lain sisi, ia tumbuh dalam keluarga patriarki dimana peran ayahnya sangat dominan dalam kehidupan personalnya Atas pengalamannya ini, Sushi Das melihat bagaimana perempuan-perempuan lain berusaha mendapatkan keberanian, faktor yang sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan diri, bertindak untuk mendapatkan kesetaraan, 

Selanjutnya, ia menekankan bahwa perempuan perlu memiliki kemampuan dalam mengatasi diskriminasi yang dialami di lingkungan kerja.  Salah satu contoh adalah ketika pertama kali ia masuk dalam forum redaksi, dan ia merupakan satu-satunya pejabat perempuan. Sebagaimana biasa Sushi mengalami semacam 'pelecehan' dalam arti kehadirannya seperti tidak diperhitungkan. 

Ia sadar bahwa ia memiliki multi 'minority', sebagai perempuan dan pendatang asal India. Lingkungan media merupakan salah satu profesi yang terhitung keras, umumnya masih dikuasai pekerja pria, meski kemajuan jaman saat ini banyak peran perempuan diperlukan dalam bisnis media. Apa yang dialami Sushi tentu saja memerlukan perjuangan guna dapat diakui dalam lingkungan kerjanya di media.

Menurut Sushi, perempuan harus menunjukkan keberanian dan kerja terbaik untuk menaklukan dominasi dan diskriminasi terhadap perempuan dalam pekerjaan. Perempuan juga harus mampu menggunakan emotional intelligence dan bisa bernegosiasi agar bisa mendapatkan hak setara dengan laki-laki. Berdiplomasi dengan kemarahan dan tangisan hanya akan menunjukkan kelemahan perempuan.

Perempuan di Parlemen

Sebagaimana yang dikemukakan oleh mentor kami, Rebecca Barlow dalam perkuliahan tentang Women Think and Act Politically, selama menjabat Julia Gillard menunjukkan upaya keras untuk meningkatkan kesetaraan perempuan. Misalnya, Gillard mengembangkan kebijakan yang meningkatkan angka partisipasi angkatan kerja perempuan, diantaranya di kalangan pengungsi perempuan dan mendirikan Emily's List, kelompok yang mengumpulkan dana untuk membantu perempuan dari partai buruh untuk terpilih. 

Pada 2010, 122 anggota parlemen dari partai buruh secara bulat dan tanpa pertentangan memilih Julia Gillard, yang notabene adalah perempuan, sebagai Ketua ALP sekaligus PM Australia. Keberanian Gillard untuk berkompetisi dengan Rudd dalam konvensi Partai Buruh yang membuahkan kemenangan baginya menunjukkan adanya perubahan karakteristik perempuan kelas menengah (middle-class women) di Australia. 

Sebagai politisi perempuan yang dapat dikatakan termasuk dalam kategori tersebut, Gillard telah berani menunjukkan sikapnya untuk bersedia dipilih sebagai pengganti Kevin Rudd.

Menariknya lagi, kemunculan Gillard, yang berstatus perempuan single (tidak menikah) dan tidak memiliki anak, dalam pentas politik Australia juga mampu mendobrak asumsi yang berkembang tentang "motherhood" seorang pejabat publik. 

Secara umum, terdapat ekspektasi sosial bahwa perempuan yang menikah lebih dapat diterima oleh publik daripada perempuan yang belum pernah atau gagal menunjukkan peran kewanitaannya sebagai seorang istri dan ibu. Meskipun telah terjadi perubahan jaman, asumsi akan lebih dihargainya status perempuan menikah dalam perannya sebagai pejabat publik masih melekat dan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Australia.

Australia juga memiliki tantangan yang sama dengan Indonesia dalam upaya meningkatkan keterlibatan perempuan di parlemen. Masih belum banyak perempuan yang tertarik masuk dalam ranah politik. Walau mayoritas perempuan tidak ingin masuk sebagai kandidat dalam pemilihan umum serta perempuan dianggap tidak cukup memiliki kapabilitas sebagaimana laki -- laki, menariknya dalam sejarah Australia mencatat tahun 1891 muncul gerakan perempuan menandatangi petisi menuntut hak pemungutan suara bagi perempuan. Dalam petisi ini terkumpul hampir 30.000 tanda tangan. Petisi ini percaya "Women should Vote on Equal terms with Men".

Bersambung -- Ikuti tulisan berikutnya "Ketika Perempuan Bersatu (Bagian Ke-empat)". Saatnya kita telusuri bagaimana kekuatan serta tantangan dalam kiprah Organisasi-Organisasi Perempuan di Indonesia.

Buku acuan utama:

dokpri
dokpri

Materi-materi acuan lainnya:

Birowo, Mathilda A.M.W. (2016).  Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

__________ dan Indah Soekotjo (2015) Brand Yourself . Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Carnegie, Dale & Associates, Inc. 1996.  Pemimpin Dalam Diri Anda. Terjemahan: Spektrum.

Carson, Deanne & Fiona Hendry. 2012. Single But Not Alone. Melbourne VIC: Council of Single Mothers and Their Children, Inc.

Creswell, Jhon W (2012). Educational research: planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research 4th. Boston: Pearson Education.

DeVito, Joseph. A. 2016. Interpersonal Communication Book, th 14th edition. NY: Hunter College of the City University of New York.

Amanda Sinclair:  Seducing Leadership: Stories of Leadership Development. Journal Compilation. Backwell Publishing Ltd. 2009

Cathrine S and Gill Kirton: Having It All? Women in High Commitment Careers and Work--Life Balance in Norway. Gender Work and Organization vol 22 no. 4 July 2015

 Larry C Spears: Servant-Leadership for Twenty-First Century (with Michele Lawrence). 2002

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun