Untuk mampu melihat perubahan pada orang lain, langkah pertamanya adalah berani menjadi pemimpin. Perjuangan dalam memeroleh kuota perempuan di parlemen masih berlangsung hingga saat ini. Hal mana memberi dorongan sekaligus pekerjaan rumah yang menjadi tantangan tersendiri. Â Â Â Â Â Â Â Â
Tantangan dan Kesetaraan
Sebagaimana di atas disebut bahwa kondisi kesetaraan perempuan dalam hal politik di Australia masih merupakan suatu perjuangan. Caroline Brentnall menyebutkan perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender telah menempuh garis panjang dengan pencapaian yang signifikan, saat memeringati 40 tahun perjuangan hak perempuan (1972-2012).Â
Kini perempuan Australia dapat menikmati akses pendidikan yang lebih baik dibanding masa lalu. Tetapi di sektor pekerjaan perempuan masih menghadapi ketidaksetaraan. Demikian dalam kasus-kasus hukum, bahkan kekerasan rumah tangga masih menjadi isu utama dewasa ini.Â
Namun, sedikit tapi pasti, dalam ranah publik dan politik, perempuan telah berhasil tampil. Pada 1994, Partai Buruh untuk pertama kalinya menerima kuota perempuan dalam pencalonan legislatifnya. Selang 5 tahun kemudian, diterbitkanlah The Equal Opportunity for Women in the Workplace Act 1999 yang menjamin kesetaraan kesempatan kerja bagi perempuan. Hal membanggakan lainnya adalah Christine Nixon menjadi Kepala Kepolisian Negara Bagian Victoria, 2001.Â
Seakan terus berpacu dalam prestasi, bintang baru tampil. Julia Eileen Gillard (48 tahun) berhasil menjadi perempuan Perdana Menteri Australia pertama dalam sejarah. Perempuan kelahiran Barry Islan Wales ini telah memaksa Kevin Rudd mundur dari jabatannya. Sebelumnya serangkaian jabatan keren dipikulnya mulai dari Wakil PM Australia, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Sosial dan Menteri Pendidikan.
Perempuan, Komunikasi dan Media
Dari apa yang telah di bahas di atas, maka bagaimana pemimpin perempuan  mengimplementasikan kemampuan berkomunikasi dalam tim kerja atau peran mereka dalam organisasi?Â
Sushi Das adalah jurnalis Australia asal India yang memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun sebagai jurnalis dan editor di Fairfax Media. Dididik dan dibesarkan di London, Sushi pindah ke Australia pada tahun 1991 dan memulai karirnya sebagai reporter berita di Australian Associated Press.Â
Karyanya telah diakui dengan diperolehnya penghargaan Melbourne Press Club Quill, termasuk Kolumnis Terbaik. Memoarnya, Deranged Marriage, diterbitkan oleh Random House. Saat ini ia bekerja sebagai Jurnalis Senior di RMIT ABC Fact Check. Sushi membahas wanita di media dan jurnalisme di Australia, dengan fokus pada tantangan, strategi, peluang, dan jalan ke depan, berdasarkan pengalamannya.
Sushi mengakui bahwa industri media tempat ia bekerja bukanlah area yang bersahabat bagi kaum perempuan. Sushi dibayar lebih rendah dari kolega laki-lakinya, sementara pengalaman dan rekam jejak karir profesional Sushi diakui lebih tinggi dari kolega laki-laki itu. Ia menghabiskan waktu enam bulan dalam kecemasan, malam-malam sulit tidur, memikirkan masalah tersebut. Ia menyadari bahwa untuk kesetaraan perempuan harus bertindak.