BERKARAKTER, KOMPETEN, INOVATIF
"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidikan hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu" Ki Hadjar Dewantara
Â
Dalam visi dan misinya diawal kepemimpinan, Presiden RI menyampaikan ada tiga masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional dan merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Masalah ketiga adalah bagian dari lemahnya kepribadian dan kemandirian anak bangsa sehingga mudah sekali terombang-ambing oleh arus informasi dan juga arus budaya di tengah kemajuan teknologi komunikasi yang tak terbendung. Isu ini masih sangat relevan saat ini.
Inti dari persoalan-persoalan bangsa saat ini sebetulnya adalah kecenderungan bahwa masyarakat 'tidak' memahami atau tidak mengindahkan etika yang berlaku. Â Dengan kata lain, perilaku mereka yang mengabaikan moralitas atau bertentangan dengan nilai-nilai hukum, budaya, hingga agama. Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, diperlukan tatacara yang baik dalam bertindak dan aturan berperilaku yang mumpuni. Etika manusia adalah cara manusia berperilaku, mengetahui hal-hal yang baik dan buruk, berperangai sesuai dengan norma. Dasarnya adalah pada norma-norma, bukan pada apa yang dilakukan oleh mayoritas orang atau mereka yang memiliki nama 'besar'. Inilah yang menjadikan perbedaan antara manusia dan hewan, bahwa manusia memiliki akal dan budi.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno yang secara singkat mengutarakan Etika sebagai suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan dan pijakan kepada tindakan manusia. Sedangkan Van Looy, Van Dierdonck, dan Gemmel menyatakan kompetensi sebagai sebuah karakteristik manusia yang berhubungan dengan efektifitas performa yang dapat dilihat dari gaya bertindak, berperilaku, dan berpikir.  Dengan demikian Kompetensi Etis merupakan suatu kemampuan untuk membedakan apa yang secara moral baik dan buruk untuk dilaksanakan serta berdasarkan hal ini bagaimana kita dapat bersikap.  Kemampuan ini sangat penting dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbisnis dan bernegara.  Dengan kemampuan ini setiap kita akan dapat melakukan perubahan-perubahan besar yang bermanfaat, tidak hanya bagi kepentingan sendiri tetapi terutama bagi banyak orang, termasuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang hakiki.
Human Connection
Era disrupsi adalah era dimana kita masuk dalam situasi yang banyak perubahan. Mau tidak mau kita harus siap menghadapinya. Di sini setiap orang perlu berlomba dan unggul dalam berinovasi. Hal mana sangat dekat dengan karakteristik kaum milenial yang sangat kreatif dan dinamis. Di era disrupsi ini, masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, beralih ke dunia maya, terutama media sosial. Namun satu benang merah yang sangat jelas dan menjadi penghubung lintas era adalah etika. Karena pada dasarnya human connection tak dapat tergantikan seberapapun canggihnya teknologi informasi saat ini.
Mengembangkan kompetensi etis seyogyanya dimulai sejak dini dan berawal dari dalam  keluarga. Kompetensi Etis merupakan upaya terus menerus seumur hidup melalui refelksi diri, keteladanan dan pengalaman.  Keluarga-keluarga yang anggotanya memiliki kompetensi etis, akan turut membentuk masyarakat yang memiliki integritas, ethos kerja dan semangat gotong royong.  Maka, generasi muda yang bertumbuh dari keluarga-keluarga seperti ini akan berkontribusi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik, lebih bermartabat.
Bagaimana membumikan kompetensi etis dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, mari bergabung dengan para srikandi (tanpa mengabaikan peran para pemuda tentu saja). Mereka berbincang dalam rangka mensyukuri kemerdekaan RI ke 75 yang diangkat dalam sebuah Webinar bertema Srikandi Milenial Membumikan Etika Kebangsaan : Berkarakter, Kompeten, Inovatif. Program ini diselenggarakan oleh Komunitas Muda ASRI didukung oleh penerbit Grasindo dan Australia Global Alumni. Saya rasa masih sangat relevan saat ini, di tahun 2021, mengambil hikmah dari deraan pandemi untuk menjadi bangsa yang lebih tangguh dan beretika.
 Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuakan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukanlompatan kemajuan Joko Widodo, 14 Agustus 2020