Mohon tunggu...
Mateus Hubertus Bheri
Mateus Hubertus Bheri Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Itu Seni

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Manusia Bersekutu dengan Setan

13 Februari 2020   14:42 Diperbarui: 13 Februari 2020   17:32 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.ville-rinxent.fr

Melihat dari sudut pandang spiritualitas, keesaan Tuhan tak dapat dibantah dengan menggunakan akal pikiran manusia.

Sebab sejatinya, kalau mau berbicara soal spiritualitas, tentunya akal manusia sulit untuk menjangkaunya, karena ia lebih banyak menggunakan pola pendekatan mata batin.

Bahkan dengan menggunakan ilmu filsafatpun sulit untuk menemukan sebuah kebenaran pada dasarnya Tuhan itu Esa.

Poin pentingnya adalah tidak ada lagi perdebatan tentang keesaan Tuhan oleh manusia dimuka bumi ini dari sudut pandang apapun.

Semua manusia Mahkluk ciptaan Tuhan, memiliki kesamaan derajat, harkat, dan martabatnya. Dimata Tuhan, semua manusia itu sama.

Tidak ada orang kaya, orang miskin, Bupati, tukang becak, DPR, Nelayan miskin, ataupun petani kecil dimata Tuhan, namun dunia menggunakan strata sosial itu untuk megkotak-kotakkan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

Lambat laun, manusia lupa akan derajat dan kodratnya sebagai mahkluk sosial yang membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dalam otak manusia terobesi untuk saling beradu dan berkompetisi dalam memperebutkan strata sosial.

Dampak dalam memperebut strata sosial dalam masyarakat, harkat dan martabat manusiapun direndahkan. Nafsu yang menguasai diri manusia yang sulit dibendung, akibatnya manusia harus saling menghina, mencaci maki, menindas, bahkan membunuh antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.

Peristiwa ini dari hari kehari dan dari waktu kewaktu semakin mewabah dan memenjara pikiran manusia. Hakekat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia mengalami kemerosotan.

Kini keagungan manusia sebagai mahkluk mulia telah diganti dengan emas, permata, uang, dan jabatan. Bahkan manusia sendiri menjatuhkan harkat dan martabatnya.

Lalu dimanakah posisi Tuhan ketika manusia jatuh kedalam dosa akibat kesalahan manusia itu sendiri?

Belajar dari cerita Adam dan Hawa manusia pertama yang diciptakan Tuhan, ketika mereka tidak mengindah perintah Tuhan dan larangannya, Adam dan Hawa diusir oleh Tuhan dan mengucilkan mereka.

Dari pengalaman di atas menjadi sebuah isyarat bagi manusia bahwa ketika perbuatan manusia tidak sesuai dengan perintah dan larangan Tuhan, kosekwensi manusia akan menanggung akibatnya.

Secuil keinginan besar dari Tuhan adalah bagaimana manusia memanfaatkan setiap anugerah dan kesempatan yang Tuhan berikan secara baik dan bijaksana dengan menjauhkan hal-hal yang tidak baik dan tidak berkenan dihati Tuhan.

Namun pada kenyatan, seperti yang sudah digambarkan sebelum di atas bahwa akibat seraka dan tamak, manusia lupa akan jati dirinya.

Panggilan moral manusiapun akan ikut lenyap seiring dengan perubahan jaman dan teknologi. Manusia menghambakan dirinya kepada kekayaan dan jabatan.

Ia lupa bahwa dia dan orang disekitarnya membutuhkannya. Kepedulian Ia akan sesama dan waktu untuk bersama bahkan hampir-hampir tidak ada. Fokus dan lokusnya hanya pada terget.

Tidak ada salah ketika dalam sebuah pekerjaan atupun usaha kita harus mempunyai target. Tapi jangan sampai demi target kita melupakan orang disekeliling yang membutuhkan kehadiran dan bantuan kita.

Target itu betul dan baik adanya, namun jangan sampai karena demi target kita menghalal segala cara walaupun itu betul salah demi mengejar target tadi.

Tuhan sudah memberikan semua kepunyaan kepada kita. Tinggal manusia mengelolanya seacara baik dan benar. Kalau benar, target yang didapat akan mendapat berkat. Tapi sebaliknya kalau salah, target yang didapat itu menjadi malapetaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun