Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | Linguist

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Menampar Siswa: Dilema Mendidik dan Mendisiplinkan Siswa Sekolah

15 Oktober 2025   14:44 Diperbarui: 17 Oktober 2025   17:56 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru menegur siswa perokok|diolah Meta AI

Dari beberapa kasus yang silih berganti, para pendidik perlu mengambil sikap perihal perilaku siswa di sekolah. Antara sekolah dan wali murid mesti berpijak pada aturan jelas yang disepakati bersama. 

Misalnya, guru dan komite sekolah merumuskan aturan bersama dengan melibatkan perwakilan orang tua secara langsung. Aturan yang sudah dirumuskan dalam musyawarah bersama kemudian disosialisasikan menjadi pijakan resmi sekolah.

Segala perilaku buruk dirumuskan dalam bentuk poin-poin yang mudah dipahami. Orang tua calon murid mesti memahami dan menandatangani kesepakatan untuk tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan sekolah.

Pun demikian, guru-guru diarahkan untuk mengambil sikap tegas dalam bentuk teguran atau 'pukulan' jika dianggap perlu. Dunia pendidikan membutuhkan ketegasan di jalur yang benar, bukan malah menempatkan guru sebagai 'tersangka' dan menganakemaskan siswa berkelakuan buruk.

Virus dan bakteri selayaknya dibuang, bukan disimpan atau malah diperlihara. Manakala aturan tidak jelas dan tegas, siswa mudah saja berperilaku buruk karena menganggap sekolah sebagai ladang eksperimen. 

Guru juga perlu bersikap bijak dalam menangani perilaku buruk siswa. Kadangkala, siswa berperilaku buruk dipicu oleh teman atau lingkungan tempat mereka dibesarkan. 

Tentu saja menampar atau memukul siswa secara langsung tanpa mencari tahu akar masalah sebenarnya dapat memperkeruh suasana. 

Terlebih pengaruh teknologi dan media sosial memungkinkan masalah kecil menjadi besar dengan framing berbeda. Jika guru gagal bersikap bijak, siswa mudah saja memutarbalikkan fakta demi kepentingan mereka. 

Sekali video viral, selamanya stempel buruk melekat erat pada seorang guru. Bukankah guru selayaknya dihormati dan dihargai?

Betapa miris nasib guru Indonesia. Dengan gaji kecil, mereka harus menjalankan tugas sempurna. Ketika murid terlihat salah, guru harus berhati-hati dalam bersikap. 

Seakan-akan mereka sedang membetulkan lilitan kabel pada sebuah bom yang akan meledak. Saat kabel berhasil dilepas, hanya segelintir orang yang menghargai usaha mereka. Dikala bom meledak, nyawa dipertaruhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun