Ketika mengajar materi bahasa Inggris di kelas privat, saya mengajak dua siswa sekolah dasar berpikir kritis. Kebetulan materi berkaitan dengan penemuan. Saya sengaja menanyakan pertanyaan serius pada mereka.
"what would you want to invent if you could"?Â
Seorang siswa yang masih berumur 11 tahun menjawab "I would like to invent soil that could generate electricity". Wow! saya takjub dengan jawabannya.Â
Dalam sebuah teks yang sedang kami bahas, seorang anak muda kelahiran Afrika menciptakan sebuah gel. Krisis air di Afrika memicu adrenalin untuk menemukan sebuah alternatif berupa gel.Â
Siswa saya ini duduk di kelas akhir sekolah dasar. Bahasa Inggris cukup bagus untuk seumurannya. Saya kembali bertanya padanya, "how could you have this idea, did you read or watch something?"
Ternyata, ia pernah membaca sebuah artikel tentang topik tersebut. Menurutnya pupuk yang dipakai dalam tanah bisa diambil manfaat dengan merubahnya menjadi sumber listrik.Â
Materi pelajaran yang sederhana sangat mungkin dijadikan media bernalar siswa. Saya menyebutkan sebuah alat berupa flashlight, yakni senter.Â
Sebuah pertanyaan "do you have flashlight at home"Â berubah menjadi pembahasan menarik. Saya menggali informasi dari siswa kapan mereka menggunakan senter di rumah.Â
Dan, keduanya serentak menjawab "we used flashlight if electricity went off". Jawaban mereka simpel dan to the point. Tapi, saya mengaitkannya dengan krisis listrik di Indonesia.Â
Walaupun kedua siswa ini tergolong anak-anak, mereka cukup antusias untuk diajak berpikir lebih dalam. Saya bisa melihat arah pikiran mereka dan bagaimana kebiasaan harian membentuk pola pikir mereka.Â