Sejarah takjil pertama kali tercatat dalam buku ‘De Atjehers’ karya Snouck Hurgronje. Dalam bukunya, Snouck menulis laporannya ketika berada di Aceh tahun 1891-1892.
Kata takjil berasal dari bahasa Arab, yaitu ta'jīl (تَعْجِيْلٌ) yang berarti "penyegaran". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata takjil memiliki arti mempercepat dalam berbuka puasa.
Snouck menulis tentang takjil, sebuah tradisi mempersiapkan makanan berbuka untuk kemudian dihidang bagi masyarakat umum di masjid.
Baca juga: Sepenggal Kisah Sahur di Kota Taipei
Apakah istilah takjil berasal dari tradisi masyarakat Aceh dahulu kala? mungkin saja!
Tradisi mempersiapkan makanan berbuka di jaman dulu tentu tidak seperti keadaan saat ini. Di tradisi masyarakat Aceh, menu berbuka sejenis kanji umumnya disiapkan di area masjid untuk dibagikan ke masyarakat sekitar.
Sampai hari ini tradisi terus berlanjut. Dengan saling berbagi, masyarakat Aceh hidup lebih rukun. Hal positif yang patut dipertahankan!
Istilah takjil telah banyak digunakan dengan konteks berbeda. War takjil yang bermakna berburu bukaan lebih lumrah di kalangan Gen Z.
Seiring pertumbuhan pemakai media sosial, momen war takjil semakin dikenal luas di kalangan remaja, anak muda dan orang dewasa.
Aceh dan Menu Takjil
Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Aceh untuk menyambut bulan Ramadan dengan hikmat. Contohnya yaitu tradisi meugang, yaitu membeli daging 1-2 hari sebelum Ramadan, telah lama dipraktekkan oleh masyarakat.