Kenapa kita sulit membaca buku?
Membaca bagi sebagian orang bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Sering kali sebuah buku yang sudah dibeli hanya sekedar menghiasi rak buku di dalam rumah.
Jika membaca belum menjadi sebuah kebiasaan, kita boleh jadi sulit menyelesaikan sebuah buku. Membangun kebiasaan membaca dimulai dengan sebuah prioritas.Â
Kebanyakan dari kita sulit menamatkan buku karena gagal membuat target membaca. Dengan target yang jelas, sebuah buku bisa diselesaikan dalam waktu yang terukur.Â
Misalnya, dalam seminggu berapa buku yang ingin kita baca. Ini bukan sebatas wacana atau angan-angan semata. Harus ada target pasti dengan sebuah komitmen.Â
Alokasikan waktu setiap hari setidaknya 1 jam untuk membaca. Lalu, perhatikan kecepatan membaca secara umum. Sebagai contoh, jika kita hanya bisa menyelesaikan 30 halaman dalam waktu 60 menit. Ini bermakna, waktu yang kita butuhkan per lembar adalah 2 menit.
Anggaplah sebuah buku berjumlah 300 halaman. Kalau ingin diselesaikan dalam 7 hari, berapa jam yang harus kita alokasikan setiap hari?
Semakin banyak waktu yang kita bisa alokasikan, maka semakin cepat kita mampu menyelesaikannya. Kuncinya ada pada target dan konsisten membaca setiap hari dengan alokasi waktu pasti.
Bagaimana jika kita hanya sekedar membaca tanpa target waktu?
Ketiadaan target waktu membuat kita sekedar membaca beberapa halaman. Dalam waktu satu bulan atau mungkin satu tahun belum tentu kita dapat menamatkan satu buku.Â
Target ibarat kompas yang mengarahkan kita untuk kembali ke rute yang tepat. Membaca buku tanpa target waktu membuat kita lupa dengan tujuan utama dari membaca.Â
Saya membeli lebih dari 20 buku tahun lalu. Tujuan awal ingin membangun kebiasaan membaca. Setelah membaca 1-2 buku, ternyata saya menyadari satu hal.
Skala PrioritasÂ
Ketika saya konsisten membaca setiap hari setidaknya 1-2 jam saja, saya bisa menyelesaikan minimal 60-100 halaman. Dengan sebuah komitmen, menyelesaikan satu buku setiap minggu sangat mudah untuk diwujudkan.
Intinya ada pada alokasi waktu yang jelas sejak awal. Pada saat kita memahami skala prioritas untuk membaca, aktivitas lain terpinggirkan.
Disini saya menyadari bahwa prioritas waktu mesti datang sebelum membaca. Kita bisa menyesuaikan waktu membaca dengan memilih waktu produktif.
Saya lebih suka membaca di beberapa waktu luang. Dengan begitu, saya membagi jumlah halaman dalam waktu berbeda.Â
- 30 halaman di waktu pagiÂ
- 20 halaman pada siang hariÂ
- atau 40 halaman pada sore hari.
Dengan pola seperti ini, aktivitas membaca terasa ringan dan dapat disesuaikan mengikuti aktivitas harian lainnya. Pada hari berbeda, saya terkadang membaca 100 halaman di waktu yang sama, sekitar 2-3 jam.Â
Otak kita sebenarnya mampu mengkondisikan waktu membaca saat kita sudah rutin membaca. Pada awalnya terasa sedikit sulit atau berat, seiring waktu akan terasa ringan dan mengasikkan.Â
Membaca dengan konsisten membuat otak terbiasa. Akhirnya, tanpa harus memaksakan diri sekalipun kita mampu menyelesaikan 2 buku dalam satu minggu.Â
Bukankah otak semakin terasah manakala kita terbiasa menamatkan 8 buku setiap bulan? atau, mulai dengan target 2 buku per bulan. Dalam satu tahun kita bisa menyelesaikan 24 buku.Â
Syaratnya prioritaskan waktu untuk membaca. Lalu, buat komitmen untuk selalu membaca setiap hari. Buang alasan sibuk sejauh mungkin. Kita sebenarnya tidaklah SIBUK, melainkan tidak mau memprioritaskan waktu untuk membaca.
Setiap kali kita ingin membeli sebuah buku, tetapkan dulu target membaca. Terapkan metode blocking, yakni mengunci waktu untuk membaca pada jam tertentu.Â
Jangan sekali-kali merubah kebiasaan yang sudah kita bentuk. Tetaplah membaca sampai selesai pada setiap alokasi waktu yang sudah terjadwalkan.Â
Kalau saja kita mampu konsisten membaca dalam dua bulan, kebiasaan membaca buku akan terbentuk otomatis. Pada akhirnya, otak dengan mudahnya mengarahkan kita untuk membaca di waktu yang sama.Â
Ya, buatlah skala proritas. Membaca memberi banyak manfaat bagi manusia. Budaya membaca seharusnya dibangun dari dalam rumah dengan sebuah kebiasaan membaca.Â
Apalagi anak-anak dan para remaja saat ini teralihkan oleh ponsel pintar. Waktu mereka terbuang sia-sia setiap hari. Bayangkan jika setiap anak terbiasa membaca 1-2 jam saja, berapa banyak buku terekam di memori mereka?
Zaman terus merubah dan waktu tetaplah sama. 24 jam mudah terbuang percuma tanpa satu prioritas. Anak-anak yang tidak paham makna waktu mudah sekali terjebak dalam aktivitas melalaikan.
Bukankah orang tua punya andil untuk mengarahkan anak membaca buku? atau mungkin orang tua tidak memahami skala prioritas, sehingga waktu anak terbuang di depan layar smartphone berjam-jam?
Saya teringat satu kalimat dalam sebuah buku, disana tertulis "if you don't plan your day, somebody else will". Begitulah kenyataan yang terjadi pada anak-anak kita hari ini.Â
Waktu mereka terbuang sia-sia karena orang tua tidak mengajarkan makna waktu. Setiap hari mereka sekedar mengikuti ritme waktu dan hidup bak layang-layang terbawa angin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI