Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Efek Tontonan dan Perubahan Bahasa pada Remaja

25 Januari 2024   23:06 Diperbarui: 26 Januari 2024   14:32 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung melihat karya berjudul Bhinneka Tunggal Ika” dalam Pameran Seni Rupa Karya Grace Tjondronimpuno dan Made Arya Dwita Dedok bertema Love Talk” di Galeri Paviliun House Of Sampoerna, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/2/2019). Foto: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Remaja-remaja ini terpengaruh oleh tontonan yang tidak mendidik. Bahasa yang dianggap 'gaul' ini tidak hanya merubah gaya bicara, namun telkah merusak tata bahasa pada ranah sosial.

Menariknya, remaja yang sering menggunakan kedua kata ini adalah mereka yang tidak memahami adab bertutur. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh dua hal.

Pertama, lemahnya peran orang tua dalam rumah untuk mencontohkan tutur kata yang baik. Kedua, mudahnya akses tontonan yang tidak mendidik di berbagai media, seperti Youtube, Instagram, Tik Tok atau Facebook.

Indonesia masuk dalam katagori negara dengan pengguna media sosial terbanyak. Remaja termasuk golongan pengguna terbanyak. Sehingga, akses pada bahasa 'kekinian' lebih sulit difilter.

Dalam konteks bahasa, ada istilah yang disebut language shiftIstilah ini merujuk pada perubahan bahasa dalam suatu komunitas yang mulai mengadopsi bahasa baru dalam komunitasnya.

Sebagai contoh, mereka yang migrasi dari desa ke kota secara tidak sadar melakukan language shift, dimana penggunaan bahasa nasional lebih diutamakan di keluarga daripada bahasa daerah.

Sementara, komunitas yang mempertahankan bahasa daerah disebut dengan istilah language maintenance Dalam hal ini, sebuah komunitas yang minoritas tetap mempertahankan bahasa daerah dalam keluarga atau komunitas masyarakat setempat.

Sebuah artikel berjudul "Language Development of slang in the Younger Generations in The Digital Era" memaparkan data bahwa penggunaan kata-kata tertentu dalam sebuah komunitas erat kaitan dengan sebuah identitas.

Jadi, maraknya penggunaan kata 'anjing' atau 'anjir' seringkali tidak terlepas dari pengaruh identitas para remaja. Dalam konteks sosial, para remaja seakan merasa 'keren' saat menggunakan kedua kata ini walaupun berada di tempat publik. 

Kenapa ini bisa terjadi?

Salah satu penyebabnya adalah lemahnya filter sosial dan hilangnya kontrol sosial pada generasi tua. Jika 10 atau 20 tahun lalu para remaja merasa malu untuk terang-terangan menggunakan kata yang dianggap tabu, keadaan para remaja sekarang sangat berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun