"writing is like farming, it needs some effort and tools. Seeds are useless if you don't put them beneath the soil"
by Masykur
Kalimat di atas merupakan sebuah perumpamaan, menulis layaknya bertani, butuh usaha dan alat. Benih tidak akan bermakna jika tidak diletakkan dibawah tanah.
Kata-kata diatas bukanlah dari pakar melainkan kata-kata yang saya rangkai sendiri. Menulis itu memang membutuhkan usaha seperti membaca, megobservasi disekitar kita, dan mempelajarinya melalui orang lain dan kemudian menjadikannya buah pikiran kita.
Alat untuk menulis begitu banyak, pulpen, laptop, hp, tablet merupakan sebagian media untuk menelurkan sebuah tulisan. Tapi, memiliki alat saja tidaklah cukup, butuh usaha untuk menggunakannya agar tulisan bisa dihasilkan. Seperti sebuah lahan yang kosong, jika benih yang sudah ada tidak ditanam dengan bantuan cangkul dan lainnya maka ia tak akan tumbuh.
Sulitkah menulis setiap Hari?
Jawaban dari pertanyaan diatas akan bervariasi Bagi setiap orang. Mungkin setiap Kita sudah memiliki 'tool' berupa laptop, hp dan lainnya. Tapi benih yang akan kita tanam ada pada diri kita. Jika benih itu tidak Kita gunakan maka sebanyak apapun 'tool' yang Kita punya tidak akan bermanfaat.
Kendala paling besar dalam menulis bukan pada ada tidaknya ide, melainkan mau tidaknya kita menelurkan ide. Kemampuan menulis perlu dibentuk dengan pembiasaan menulis dari hal-hal seserhana. Seiring waktu, dengan membaca dan mengobservasi lingkungan, ketajaman berpikir akan terbentuk dan kemampuan menulis akan terasah.
Cukup 500 kata setiap HariÂ
Mulailah menulis sesuatu yang simpel dan jadikan rutinitas harian. Hanya dengan menulis 500 kata setiap hari,Kita mampu menghasilkan 15000 kata dalam 30 Hari. Bayangkan jika Kita diminta menulis 15000 kata dalam sebulan, mampukah Kita. Jawabannya SANGAT SULIT.
