Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Faktor Utama Penyebab Anak Menjadi Malas

24 Oktober 2020   17:45 Diperbarui: 24 Oktober 2020   17:51 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :www.unsplash.com

Malas bukanlah sebuah penyakit yang datang tanpa sebab. Malas juga tidak diwarisi melalui nasab keturunan, melainkan dari kebiasaan dan pembiasaan. Iya, benar.. KEBIASAAN dan PEMBIASAAN.

Dalih sayang dan cinta menjadi faktor utama membiasakan anak hidup dalam keadaan serba ada, sehingga mereka terbiasa disuapi dalam segala hal. Sayangnya, orangtua tidak menyadari bahwa ini adalah bom waktu yang akan meledak suatu saat. Imbasnya juga kembali kepada orangtua dan parahnya ini akan memperburuk segala aspek kehidupan si anak saat dewasa kelak.

Awal dari segala asal muasal sifat MALAS adalah gaya asuh yang membiasakan anak santai tanpa tanggung jawab. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin orangtua tidak menyadari atau dengan niat baik memenuhi keinginan anak sedari kecil. Memberikan hak anak seperti makanan, mainan, atau keperluan lainnya tidaklah salah, tapi saat takaran berlebih dari yang dibutuhkan maka ini akan menjadi sumber masalah.

 Anak pada hakikatnya bisa dilatih untuk menjadi rajin jika orangtua membiasakan anak terlibat dalam pekerjaan rumah. Biasakan anak untuk diajak dalam hal pekerjaan rumah sedink mungkin. Sejak umur 2 tahun anak sudah siap untuk diajarkan disiplin. Umur dibawah 2 tahun anak perlu melihat contoh dari orangtua terlebih dahulu. 

Saat anak sudah masuk usia 2 tahun, ajalah untuk membantu orangtua. Mulai dari hal dasar seperti membereskan mainan bersama, membersihkan alat makan, merapikan rumah dan merapikan tempat tidur. Semua kegiatan ini harus dilakukan bersama orangtua. Kuncinya anak diajak melakukan bersama agar ia terbiasa dan nantinya jadi kebiasaan. 

Anak dibawah 3 tahun sangat cepat meniru. Pertama karena proses penyerapan informasi terjadi sangat cepat diotak, kedua karena segala Informasi akan tersimpan dipikirkan bawah sadar. Jadi perlu diingat, kalau anak sedari kecil terbiasa melihat ibu atau bapaknya santai, maka ia juga akan santai. Jika yang ia lihat orangtua bermalas-malasan maka ia akan malas. 

Sebaliknya, saat anak melihat orangtua rajin dan anak sering diajak melakukan pekerjaan rumah bersama maka ia akan tumbuh dengan apa yang dibiasakan. Jangan karena sayang orangtua tidak memiliki 'goal' membesarkan anak. Selayaknya orangtua punya 'master plan' membesarkan anak sejak umur 1-7 tahun. Ini rentan waktu paling PENTING untuk investasi kebiasaan baik. 

JANGAN BIASAKAN ANAK PEGANG HP

hal yang lainnya perlu diperhatikan adalah tidak membiarkan anak terbiasa memasang HP sendiri. Ini sangat penting untuk dihindari. Kenapa? Karena kalau anak sudah mulai terbiasa memegang hp maka Fokusnya akan tertuju pada hp sehingga saraf Motoriknya akan melambat. Anak dibawah 3 tahun perlu beraktifitas fisik lebih banyak agar saraf Motorik berkembang dengan baik. 

Saat anak lebih banyak memegang hp maka pergerakan badannya akan berkurang apalagi dalam keadaan tidur atau berbaring. Hal ini sangat tidak dianjurkan bagi anak yang masih dibawah 7 tahun. Ini menjadi alasan utama kenapa anak-anak tidak boleh diberi HP. Dalam jangka waktu lama ini juga bisa mengakibatkan defisit memori pada anak sehingga anak akan sulit Fokus saat belajar. 

Jika orangtua harus/karena terpaksa memberikan hp kepada anak maka harus diatur/dibatasi cuma 1 jam perhari dan berikan dalam keadaan offline. Misalnya orangtua memberikan tontonan youtube maka download terlebih dahulu dan pilih video yang bagus  dan cocok untuk mendidik anak. Jangan biarkan anak menonton sendiri tanpa didampingi karena akan berbahaya saat tontonan yang tidak relevan menjadi konsumsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun