Mohon tunggu...
budi windarto
budi windarto Mohon Tunggu... -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paskah, Sudah Pas-kah?

16 April 2017   10:59 Diperbarui: 16 April 2017   20:00 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehilangan harga diri adalah kehilangan kehidupan. Cacat fisik, miskin, berwajah mengerikan, bodoh, gagal, sakit, usia lanjut, kematian,  dapat membuyarkan gairah kehidupan.  Jika tidak hati-hati hal-hal demikian dapat kemerosotkan harga diri, Menjadi stress, frustasi, kecewa, putus asa dan puncaknya bunuh diri. Hidup yang dialami sebagai penderitaan, kegelapan tiada sebersit cahaya pencerahan, menihilkan roh syukur, sukacita, semangat, berbagi berkat yang sejatinya merupakan hakekat kehidupan.

Bagai anak ayam kehilangan induknya, begitulah para murid Yesus. Itulah gambaran para murid Yesus sebelum mengalami Paskah, kebangkitan-Nya. Para murid Yesus menjadi kecewa, frustasi, tercerai berai  kembali ke dunia lamanya. Sang Guru Kehidupannya telah mati, bahkan mati disalibkan sebagai penjahat. Sia-sia, salah, sesat rasanya mengikuti Rabi Yesus Nazaret ini

Namun Paskah mengubah. (Anda dapat lompat dan langsung membaca nomor 1 – 4 bagian akhir tulisan ini, jika Anda merasa enggan melanjutkan dalam membaca tulisan ini) Kisah Para Rasul melukiskan refleksi mendalam para murid dengan pernyataan “bagaimana kami sungguh telah mengetahui tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."

Pengalaman para murid itu begitu relevan dengan refleksi iman penulis Mazmur. Pemazmur merefrenkan ajakan : Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya... tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!  Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.

Sebuah refleksi yang begitu meneguh kuatkan pengalaman para murid terkati dengan peristiwa Yesus Nazaret. Mereka menemukan Yesus ibarat batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Suatu perbuatan ajaib.

Karena pengalaman Paskah, Paulus mengajar jemaat Kolose.untuk juga  dibangkitkan bersama dengan Kristus,  yaitu dengan mencari perkara yang di atas. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Perkara-perkara mulia.

Sedang kepada jemaat Korintus mengingatkan kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.

Refleksi iman penginjil Yohanes melukiskan pengalaman di makam Yesus dengan pernyataan  “murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati” (Yoh 20:8-9).

Kutipan Kitab Suci di tas, bacaan perayaan hari ini (Minggu, 16 April 2017), hari raya Paskah kebangkitan Tuhan dapat digunakan sebagai pijakan untuk memulai menata kehidupan, mempaskannya dengan pengalaman Paskah.

1.Setiap orang kristiani pada dasarnya adalah saksi kehidupan Yesus Kristus. Saksi  yang mengalami, melihat, mendengar, merasa, memandang, memikir, menghendaki seperti Yesus melihat, mendengar, memandang, merasa, memikir dan menghendaki. Saksi yang mengalami kulaitas “aku hidup tetapi bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup didalam aku!”

2.Pengalaman Paskah adalah pengalaman kemenangan kebaikan atas kejahatan, kemenangan pengampunan atas kebencian, maka setiap orang kristiani mesti terus menerus belajar untuk penjadi pelopordan perintis pengampunan. Di tengah arus kebencian, balas dendam, umpat dan hujat penyesatan, mari belajar menjadi pihak pertama yang selalu siap  mengulurkan pengampunan, oleh karena nama-Nya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun