Institusi sekolah swasta sendiri berada dalam posisi yang dilematis. Di satu sisi, mereka sangat bergantung pada dedikasi guru-guru honorer ini, yang sering menjadi ujung tombak kualitas pendidikan. Kepergian guru-guru terbaik mereka untuk mengikuti PPPK tentu menjadi ancaman stabilitas dan kontinuitas pembelajaran.
Di sisi lain, sekolah juga harus memiliki keberpihakan yang manusiawi. Mustahil meminta seorang guru untuk mengorbankan masa depannya hanya atas nama loyalitas. Alih-alih menyalahkan program PPPK, sekolah swasta dituntut untuk berinovasi. Meningkatkan kesejahteraan guru, memberikan insentif yang kompetitif, dan menciptakan lingkungan kerja yang profesional adalah langkah-langkah konkret untuk mempertahankan aset terbaik mereka.
Mencari Jalan Keluar: Loyalitas dan Kepastian Bukanlah Dua Kutub yang Berlawanan
Persimpangan ini tidak harus berakhir dengan pilihan yang pahit. Loyalitas dan kepastian masa depan seharusnya bisa berjalan beriringan.
- Bagi Pemerintah, perlu ada regulasi yang lebih mempertimbangkan posisi guru honorer swasta. Apakah bisa ada skema khusus atau kuota yang memprioritaskan mereka yang telah memiliki pengalaman mengajar panjang? Sosialisasi dan pendampingan persiapan seleksi PPPK juga perlu diintensifkan.
- Bagi Sekolah Swasta, ini adalah momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem remunerasi dan pengembangan karir guru. Menciptakan sistem kerja yang lebih stabil dan menjanjikan prospek karir jangka panjang adalah kunci untuk mempertahankan guru-guru berkualitas.
- Bagi Guru Honorer Swasta, tetaplah berpijak pada profesionalisme. Mempersiapkan diri untuk seleksi PPPK bukanlah sebuah pengkhianatan, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap masa depan sendiri. Sementara itu, dedikasi dan kualitas mengajar yang diberikan di sekolah tetaplah sebuah kewajiban profesional.
Penutup
Guru honorer swasta tidak layak dipaksa memilih antara menjadi "pahlawan setia" atau "pengkhianat yang pragmatis." Mereka adalah tenaga pendidik profesional yang berhak atas kehidupan yang layak dan masa depan yang pasti. Program PPPK hadir sebagai sebuah opsi, sebuah pintu menuju kepastian yang selama ini tertutup.
Pada akhirnya, membangun pendidikan yang berkualitas dimulai dari memastikan bahwa para pejuang di garda terdepan---para guru---bisa hidup dengan tenang dan bermartabat. Loyalitas akan datang dengan sendirinya ketika guru tidak lagi dibebani oleh kegelisahan akan hari esok. Maka, di persimpangan ini, pilihan yang manusiawi dan profesional haruslah didahulukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI