Mohon tunggu...
Moelyadi Sikumbang
Moelyadi Sikumbang Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Allah dan saudara buat sesama

Whatever.. apapun yang terjadi hidup harus lebih baik..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merdeka tapi bingung....

13 Agustus 2020   08:52 Diperbarui: 13 Agustus 2020   17:19 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Konon nenek moyang ku pelaut tangguh tapi kekayaan laut ku tak pernah dinikmati nelayan tradisional., Kemiskinan tetap menjadi potret kampung nelayan di negriku..

Konon negeriku negri yg kaya raya, tapi 50% kekayaan bumi Pertiwi dikuasi oleh 1% penduduk.. itupun mayoritas bukan pribumi..

Indonesia memang tanah air beta, tanah yg diperjuangkan dgn tetes darah nenek moyang beta tapi betapa banyak saudara beta tak punya tanah dan air padahal mereka  pewaris dari kekayaan negri ini..

Mungkin generasiku bukan lahir dari pejuang yg mengusir penjajah, tidak lahir dari pelaut² tangguh..

Mungkin generasiku lahir dari para penghianat yg membuat penjajah betah..
Dari centeng yg meneror pribumi demi congor dan birahi...
Dari birokrat kompeni yg membodohi bumiputra demi kemakmuran diri..

Sungguh...Penghianat dan penghiatanan telah menjadi wajah di negriku..

Aku tak mampu berbuat apa² atas mega korupsi yg terjadi di negri ini..
Aku hanya bisa menonton ketika menyaksikan negriku menjadi surga para koruptor..
Koruptor bagai dewa yg mampu mengatur aparat negriku..
Aku benar² terjajah..

Aku tak mampu berteriak ketika saudara²ku kelaparan di tengah tambang emasnya..
Kelaparan di tengah kebun sawitnya..
Terjajah lagi oleh upah yg hanya cukup untuk membeli perlengkapan kafannya kelak..
Dan tercabik cabik oleh oligarki kekuasaan..
Aku benar² terjajah..

Ironi Bangsaku..
Saudara²ku tersisih terdesak dan terpencil kan oleh kapitalisme negriku..
Birokrat²ku tersandera, terbuai, dan tersistem membunuh saudara² sebangsanya..
Para revolusionerku bungkam dan di bungkam, bersembunyi dan diasingkan agar elit bebas memperkosa bunda Pertiwi..

Hari ini dan entah sampai kapan...
Mulut ini lemah berkata "Merdeka"
tapi batin ini lantang berteriak "Revolusi"...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun