Mohon tunggu...
Mas Say
Mas Say Mohon Tunggu... Dosen - Pemuda Indonesia

Diskusi: Kebangsaan dan Keindonesiaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Film G30S/PKI, Refleksi Diri terhadap Sejarah Bangsa?

2 Oktober 2020   17:54 Diperbarui: 2 Oktober 2020   18:01 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.kompas.com

Flashback sejarah bangsa dianggap berpikir ke belakang? Ini adalah pembodohan, framing kontra produktif dan penyesatan sejarah. Kudeta PKI Tahun 1948 dan 1965 adalah sejarah kelam bangsa. Jangan lupakan sejarah nyata. Melupakan sejarah adalah pelan-pelan melupakan Indonesia. Melupakan Indonesia adalah tanda pudarnya nasionalisme dalam dada. Fakta sejarah adalah bentuk refleksi diri demi kebangkitan nasionalisme bagi seluruh tumpah darah Indonesia.

Hiruk pikuk biasa dikatakan memang ada pada Bulan September. Ini bukan persoalan rutinitas saja. Bukan persoalan ritual bulanan. Ini adalah sejarah bangsa yang tidak boleh dilupakan. Pernah ada. Pernah menyayat republik ini. Terlalu naif saja jika ada oknum dan pihak agar menutup mata atas peristiwa PKI saat pada tahun 1948 dan 1965. Bahkan agar meniadakan agar tidak melihat G30 S PKI!

Dahsyatnya peristiwa tahun 1948 memang begitu nyata. Kota Madiun beserta kota-kota di dalamnya luluh lantah. Penuh genangan darah. Sekitar 2 minggu PKI menguasai daerah tersebut. Ribuan orang jadi korban keganasan PKI dan dari simpatisan ormas lainnya. Kota Magetan adalah kota paling barat dari Jatim. Dianggap pintu masuk ke Karanganyar (Jateng) dan invansi ke barat guna menguasai daerah lainnya.

Pun juga tahun 1965 pembunuhan 7 perwira TNI AD secara kejam. Pergolakan pemerintahan saat itu begitu tajam. Persaingan daam rumah Nasakom. Infiltrasi PKI ke TNI AD begitu kuat. Pemutar balikan fakta, propaganda dan isu pecah belah dihembuskan PKI guna melancarkan aksi dalam G30 S PKI.

Pro dan Kontra atas Film G30 S PKI

Wajar jika ada pro dan kontra terjadi terkait pantas dan tidaknya melihat film G30 S PKI. Beberapa TV swasta pun juga ikut menayangkan film tersebut. Memang melihat atau tidak ini adalah hak dari setiap warga negara. Memiliki perspektif berbeda. Sudah sepantasnya guna melihat potret sejarah masa lalu, bagi warga negara dapat melihat film tersebut. Kebenaran tunggal memang tidak ada. Multi perspektif jika kita menilai kualitas dan substansi film tersebut.

Seiring fenomena tersebut, pasti ada upaya membenturkan antara Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Dianggap Orba dengan Presiden Soeharto dalang tersebut. Dianggap hanya rekayasa dan propaganda. Pun koalisi Nasakom saat Presiden Soekarno dianggap terlibat dlm komunisme. Ini bisa jadi gagal paham dalam sejarah.

Mereka berdua berintegritas guna mempertahankan Pancasila. Dinamika kepemimpinan itu bervariasi. Mereka berdua juga menahan serangan dari luar negeri saat itu. Nasionalisme tetap mereka pertahankan dengan nyawa bagi Indonesia. Tetesan darah mereka persembahkan bagi NKRI.

Tidak dapat dipungkiri memang kadang ada para pihak dan oknum yang memanfaatkan sejarah PKI. Apalagi Bulan September seperti ini. Semua pihak harus tetap hati-hati dan waspada. Titik point nya adalah bahwa benar sejarah kudeta ideologi negara dari PKI itu nyata dan benar adanya. Tidak boleh ditutupi. Itu benang merahnya.

Sepahit apa pun. Itu sejarah. Wajib dikenang. Apakah sel-sel Komunis itu masih ada?. Tetap waspada dan hati-hati saja. Ideologi akan selalu ada. Tidak akan pernah mati. Tempat dan sifatnya adalah abstrak.

Pemahaman masyarakat pun multi perspektif dalam menyikapi persoalan ini. PKI dalam arti kelembagaan Partai?. Metode atau epistimologi cara PKI yang begitu kejam dalam memandang sebuah perbedaan? Apakah ideologinya yang bersifat abstrak dalam pikiran penganutnya?. Tingkat pendidikan dan suduh pandang yang beda ini sebagai pemicu potensi pembelahan masyarakat.

Pun juga harus hati-hati ideologi lain yang masih punya sel-sel hidup ingin kudeta ideologi negara. Khilafah dalam arti kaffah muslim pada Allah SWT sebagai bagian perjalanan spiritual itu wajib. Jika Khilafah yang terideologisasi, terlembagakan dan ingin menggganti ideologi?. Ini juga tidak kalah bahaya dari Komunis. Harus diwaspadai.

Persoalan Khilafah pun sekarang tidak kalah digoreng oleh pihak-pihak tertentu. Dengan label islam radikal. Radikalisme dan lain-lain. Oknum tidak dapat digeneralisasi dengan mengkambing hitamkan agama. Pintu masuk Khilafah dianggap sama untuk muslim. Bahkan mengintai kegiatan-kegiatan ponpes, para ulama dan lain-lain. Itu tidak cerdas!. Cara-cara pemecah belah bangsa. Itu justru menyesatkan.

Demi persatuan bangsa, agar jika ada Buzzer Rp dan lain-lain ditertibakan. Siapa pun yang memilikinya. Kalau bisa dihilangkan. Jangan justru buat gaduh. Apalagi terindikasi ada pembiayaan. Pemicu akar pecah belah bangsa. Apalagi menganggap pihak yang berada di luar pemerintahan tidak Pancasila. Lalu apakah yang di dalam pemerintahan paling Pancasila?. Beda paham dianggap sebagai ancaman. Ini adalah logika terbalik dalam membangun kultur demokrasi. Cara tidak sehat dalam bernegara.

Tiap waktu memang bisa kita lihat film tersebut. Spirit nasionalismenya akan beda ketika ditonton saat tanggal 30 September (menjelang dini hari). Bisa napak tilas sejarah bangsa. Sambil bergadang. Ngopi. Silaturahmi. Diskusi bersama. Ada ilmunya. Ada hikmah besar bagi Indonesia. Seraya kita berdoa bagi mereka para pahlawan Indonesia.

Ideologi Komunis dan TAP MPRS

Sangat jelas "KOMUNISME" ditutup dengan TAP MPRS No.XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme. "DIKUATKAN" Pasal 2 Tap MPR No.1 /MPR/2003. DILEGALKAN Pasal 7 ayat (1) point b UU No.12 Tahun 2011. DIPAYUNGI Pasal 40 ayat (5) UU No.2 Tahun 2008 jo UU No.2 Tahun 2011. "PANCASILA" diparipurnakan alenia IV Konstitusi. "DIBENTENGI" Putusan MK No.100/PUU-XI/2013 sebagai "IDEOLOGI NEGARA" dengan pemunian yang tidak bisa lagi disejajarkan dengan 3 pilar berbangsa dan bernegara lainnya.

Analogi Berpikir

Flash back sejarah bangsa bukan berarti kemunduran berpikir. Pun juga bukan cara berpikir yang salah. Justru narasi melihat film G30 S PKI sebagai renungan sejarah dianggap berpikir ke belakang? Genenerasi melineal menganggap tidak penting? Menganggap kemajuan IPTEK sejarah bangsa tidak perlu? Dianggap propaganda dan rekayasa? Apalagi dibumbui kebencian terhadap rezim tertentu. Persoalan like and dislike?

Cara berpikir dan menebar framing seperti itu justru membuat kebodohan dan penyesatan publik. Memberikan stigma pengaburan dan pembungkaman sejarah. Bahkan tidak mau mengakui adanya sejarah kelam bangsa. Mau menutupinya. Bahkan mau mengkamuflasekan diri.

Logika sesat seperti itu justru menkonfirmasi dan membenarkan serta malu buat mengakui kekejaman PKI memang pernah ada. Bahkan ingin menjustifikasi ingin menghapus sejarah.

Cara pandang seperti itu adalah 3 langkah menuju penyesatan sejarah. Ada 6 langkah tercabutnya nasionalisme. Bukankah Presiden Soekarno pernah bilang dengan sederhana dan tegas  "Jangan melupakan sejarah!"

Analogi sederhana jika dengan flash back napak tilas sejarah dianggap kemunduran berpikir?. Ibarat orang membangun rumah dan menempati rumah. Tidak tahu dan tidak mau tahu tentang rumah tersebut dari fondasi apa?. dan kapan dibuat?. Hal tersebut hanya membuat rumah tersebut suatu saat bisa roboh. Penghuninya pun hanya duduk pada zona nyaman. Tidak tahu diri rumahnya pernah terbuat dari elemen apa saja?. Tidak mau memperbaiki rumah jika ada indikasi rusak.

Ibarat naik sepeda motor. Terus maju. Seolah-olah paling paham karena sudah tahu arah tujuan di depan. Merasa tidak perlu rem belakang. Tidak perlu menengok spion kejadian di belakang. Jika ada benturan di depan. Tiba-tiba hanya rem depan dadakan. Apa yang terjadi?. Hancurlah sepeda motor tersebut. Apa sebabnya?. Dikendari oleh orang yang  hanya pakai kaca mata kuda. Tidak perlu spion. Hanya maju ke depan. Ini adalah kebodohan.

Ibarat sebuah kereta api melaju terus ke depan. Melalui rel kereta yang sudah ada. Jika gerbong belakang ada kebakaran/kecelakaan. Apakah Masinis atau orang dalam kereta tersebut terus maju?. Seolah-olah masih dalam rel kereta?. Jika iya, maka ini adalah orang yang ceroboh. Tidak bijak mau lihat kejadian gerbong di belakang. Lalu apa yang terjadi?. Pasti kereta akan keluar dari rel. Semua gerbong akan ikut terbakar dan mengalami kecelakaan.

Sebuah Harapan

Flash back sejarah adalah momentum membangkitkan nasionalisme. Bukan sentimen dan memberikan legitimasi agar disuruh mundur ke belakang. Ini adalah cara berpikir tidak rasional. Kontra produktif. Dengan flash back sejarah akan menjadikan berpikir bijak dalam melangkah ke depan. Agar hati-hati dalam mengelola negara. Pun agar lebih waspada ancaman bagi negara akan selalu ada. Mereka adalah penebar kebencian dan yang anti Pancasila. Mari kita tetap waspada.

Tida juga sepantasnya peristiwa kudeta PKI dan penghiatan bangsa tersebut dijadikan alat komoditas politik. Dilakukan pihak dan oknum tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan fakta tersebut. Fakta tersebut dapat memberikan efek malas berpikir bagi warga negara untuk mengenang sejarah bangsa. Sudah menjadi keniscayaan kita menempatkan urusan bangsa dan negara di atas kepentingan dan golongan. Menjadi sebuah keharusan potret sejarah bangsa agar dijadikan sebagai evaluasi agar Indonesia menatap lebih baik di masa depan. Dengan pelajaran hikmah dan sejarah dari masa lalu.

Mudah-mudahan Tuhan YME memberikan tempat terbaik bagi Pahlawan Revolusi khususnya. Sebagai bentuk peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober. Semoga para pahlawan bangsa pada umumnya yang telah gugur bertaruh nyawa. Mereka the founding father Indonesia. Dengan tetesan keringat dan kucuran darah mereka menjadikan motivasi bagi generasi penerus bangsa agar makin cinta pada Indonesia. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan bagi NKRI tercinta. Saling mengingatkan bagi kita semua. Saling mendoakan. Mudah-mudahan bermanfaat.

Penulis: Saifudin atau Mas Say

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun