Orang sekampung geger. Belum hilang ingatan mereka ketika pada malam pertamanya Kang Suto menjerit kaget.
Lumrahnya malam pertama sepasang pengantin yang teriak tertahan adalah pengantin perempuan. Lha ini kok malah pengantin prianya.
Benak masyarakat terus saja diliputi tanda tanya. Apa yang sesungguhnya terjadi? Apakah Kang Suto tidak sanggup menunaikan tugasnya sebagai laki-laki? Kang Suto menyerah?
Kang Suto sendiri hanya tersenyum kalau ada orang yang menanyakan perihal tersebut. Tidak ada jawaban yang jelas. Semuanya maaih mengambang. Senyuman Kang Suto justru semakin menimbulkan pertanyaan maayarakat.
Bukannya mendapat penjelasan. Saat ini justru masyarakat ditambahi pertanyaan baru. Kang Suto setiap sore momong bayi perempuan. Ladahal mereka menikah belum genap enam bulan. Anak siapa?
Sama seperti menjawab pertanyaan kenapa Kang Suto menjerit di malam pertamanya. Sekarang dia juga hanya tersenyum ketika ditanya anak siapa yang diemong Kang Suto?
Bayi perempuan itu cantik sekali. Kulitnya putih. Wajahnya menunjukkan garis-garis yang menandakan bakal menjadi seorang gadis yang ayu. Menawan.Â
"Siapa Kang nama anaknya?"
Kang Suto akan dengan jelas mengeja anak dalam asuhannya itu namanya Putri Ayu. Sesuai betul dengan paras lembut nan cantiknya.
                    **
Aku sebagai sahabatnya sesungguhnya juga ingin mengetahui. Bayi mungil itu anak siapa? Akan tetapi aku pakewuh untuk menanyakannya. Beberapa orang pun mendorongku untuk meminta penjelasan Kang Suto.
Dilihat dari fisiknya bayi itu jelas anak kandung Sri. Istrinya Kang Suto. Semua orang mengakuinya. Sejujurnya orang sekampung sepakat mengatakan kalau Sri, sekalipun seorang janda, cantik. Perawan-peraqn di kampung ini kalah dwngan kecantikannya.
"Kang Suto, maaf ya" kataku mengawali misiku mengorek keterangan darinya. Aku memberanikan diri karena orang-orang sekampung semakin mendorong-dorong diriku untuk menjalankan misi ini. "Sebenernya Putri Ayu itu siapa?"
"Anakku." jawabnya singkat.
Aku semakin penasaran dengan jawaban pendeknya. "Maksudku, darah daging Kang Suto?" desakku.
Seperti yang sudah-sudah Kang Suto hanya menjawab dengan senyuman.
Jkt, 040221