Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Kebijakan Joe Biden di Laut China Selatan

1 Februari 2021   06:05 Diperbarui: 1 Februari 2021   06:37 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pakar politik menyarankan untuk membedakan kepribadian ganda Joe Biden. 

Sebagai pribadi presiden AS ke-46 itu dikenal hangat, lembut dan respek kepada orang lain. Biden bahkan disebut-sebut sebagai penyayang tidak saja kepada anggota keluarga tapi juga sahabat dan kolega.

Pidato politiknya setelah diambil sumpah sebagai presiden periode 2021-2024 menggambarkan sosok Biden sebagai pribadi yang baik hati. Merangkul semua pihak.

Perintah eksekutif yang diambil Biden seperti soal kebijakan perbatasan dengan Mexico, pelarangan masuknya warga negara Islam ke AS dan perubahan iklim.

Kebijakan pertama selepas dilantik sebagai presiden itu mendapatkan banyak apresiasi. Tidak hanya oleh warga AS tapi juga masyarakat dunia.

Berbeda apabila Biden bertindak sebagai politisi atau sekarang sebagai presiden. Dia dikenal kuat pendirian dan keras. Apalagi kalau sudah menyangkut 'musuh-musuh' Amerika Serikat.

Sengketa Laut China Selatan

Joe Biden mengamini begitu saja kebijakan yang telah diambil oleh Donald Trump soal hubungannya dengan China terutama menyangkut hubungan dagang dan klaim Laut China Selatan.

Baru-baru ini Joe Biden melalui Menteri Luar Negerinya mengatakan Amerika Serikat menolak klaim sepihak China atas Laut China Selatan.  AS akan berdiri di belakang negara-negara Asia yang bermasalah dengan China.

Isu Laut China Selatan saat ini kembali memanas setelah klaim China yang mwndasarkan kepada apa yang disebutnya sebagai sembilan garis imajiner. Klaim ini ditolak mentah-mentah oleh negara-negara seperti Taiwan, Malaysia, Filipina, Brunei dan Vietnam.

Kawasan yang ditengarai mempunyai kandungan minyak 11 milyar barrel dan gas alam 190 trilyun kiloliter kubik dan terumbu karang diperebutkan oleh negara-negara yang berada di kawasan Laut China Selatan tersebut.

Indonesia sendiri sebetulnya tidak terkait dengan memanasnya situasi di Laut China Selatan. Tapi kita tentu masih ingatan insiden kapal nelayan yang dikawal kapal penjaga pantai China dengan kapal RI. Sempat terjadi ketegangan antara coast guard China dan kapal perang kita.

Kenapa Amerika Serikat ikut urusan Laut China Selatan?

Hal ini tentu berkaitan dengan kebijakan AS tentang geopolitik kawasan Asia-Pasifik. Bagaimana pun Pasifik adalah berandanya Amerika. Lagi pula kawasan Laut China Selatan kaya dengan hasil laut.  Ditambah lagi kawasan ini menjadi pintu gerbang lalu lintas perdagangan laut tersibuk menuju kawasan Eropa dan kawasan Pasifik.

Maka bisa dipahami kalau Joe Biden begitu sangat keras kebijakannya menyangkut kawasan Laut China Selatan. Apalagi AS bersekutu kuat dengan Filipina.

Jadi?

Jkt, 1.2.21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun