Oleh pak Ngadiman anak-anak dibuat menjadi suka bahasa Inggris. Bukan pelajaran yang mengerikan. Metode mengajarnya seperti yang diterapkan di pesantren-pesantren, setoran ayat. Dalam hal ini setiap ada jam pelajaran bahasa Inggris tiap-tiap anak harus menyetorkan hafalan kosakata, pengucapan dan arti kata. Minimal 10 kata saja.
Di SMA pun saya tetap menyukai seorang guru bahasa Inggris, pak Sardjono namanya. Cara mengajarnya hampir sama dengan pak Ngadiman. Bukan setoran hafalan tetapi setor rangkuman bacaan. Plus conversation dengan mengabaikan dulu tentang grammar.
Berkat beliaulah saya muncul cita-cita dalam hati untuk menjadi penulis. Pak Sardjonolah guru yang pertama kali mengetahui kalau saya mempunyai potensi menulis.
Terakhir waktu kuliah di IKIP saya kagum dengan seorang dosen sepuh. Namanya pak Marwan, dosen Ekonomi Pembangunan. Menurut saya beliau begitu menguasai betul kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan. Makanya kuliah-kuliah beliau mempengaruhi minat saya terhadap masalah-masalah sosial budaya.
Jangan tanya apakah saya sendiri sudah bisa menjadi guru yang dapat membangkitkan mimpi-mimpi anak-anak ? Belum. Masih jauh dari yang diharapkan.
Maaf tulisan retjeh ini sekedar renungan diri sendiri untuk mencoba menjadi guru yang inspiratif berkaitan dengan hari guru.
Selamat Hari Guru 2020
#refleksidiri
Jkt, 251120