Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janda

11 Juli 2020   09:26 Diperbarui: 11 Juli 2020   09:20 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperbetter.com

Sebagai janda aku serba salah.  Tersenyum dikira menggoda, cemberut dikatakan jutek.  Ramah disebut nyari perhatian, diam dibilangnya sombong. Tidak seorang wanita pun yang ingin rumah tangganya hancur, menjadi janda.  Apapun alasannya setiap perceraian selalu wanita yang dipersalahkan.

Sudah 18 tahun kami berumah tangga, tidak mengira kandas dua tahun yang lalu.  Harusnya sekarang kami genap 20 tahun hidup bersama. Aku sudah berusaha mempertahankan rumah tanggaku, tetapi aku tak sanggup lagi. Aku menyerah.

Menjalani kehidupan sebagai seorang janda tidaklah mudah, apalagi harus pula menghidupi dua anak. Si kakak sudah masuk kuliah sedangkan si adik sudah SMA. Anak-anak tahunya hidup senang saja, tidak mau tahu gimana menjalani kehidupan seorang diri. Orang-orang pun hanya melihatnya mengira enak hidup sendirian.  Padahal aku yang menjalani kalau bukan demi anak-anak aku mungkin sudah berbuat nekad.

Awal-awal aku menjadi janda bahkan seperti orang stres.  Aku setiap malam keluar rumah sekedar mencari udara segar. Ketemu teman-teman senasib ngobrol kesana-kemari menghilangkan rasa suntuk.  Bahkan kalau tidak kuat-kuat iman aku sudah terjerumus cinta sejenis. Untungnya aku cepat menyadari semua yang kudapatkan itu hanyalah kesenangan semu.  

                                                                    *


Selama menjadi istri aku tidak kenal lelaki selain suamiku.  Setiap hari aku hanya di dalam rumah saja.  Pagi-pagi aku menyiapkan keperluan anak-anak pergi sekolah dan suami pergi kerja.  Sesudahnya aku membereskan pekerjaan rumah tangga.  Baru siangnya menanti anak-anak pulang, juga sore hari menanti suami kembali. Seringnya menunggu suami pulang sampai larut malam. 

Aku sepenuhnya mengabdi untuk keluarga, terutama kepada suami.  Suami kerja apa, di mana kerjanya bahkan berapa gajinya aku tidak tahu.  Bahkan hampir tiap hari pulang larut malam pun aku idak pernah bertanya.  Aku menjalani rumah tangga dalam diam.

Setelah menjadi janda aku merintis bisnis sehingga aku bertemu dengan banyak laki-laki dengan sejuta karakter mereka. Umumnya mereka memandang rendah kepada seorang janda. Para lelaki itu begitu mudahnya mengumbar janji dan menebar rayuan. Seribu siasat dilakukan untuk mengelabui perempuan. Mereka beranggapan janda itu perempuan gampangan.

Aku tersenyum dalam hati bila ada seorang laki-laki kalo ketemu selalu bilang siap menikahiku tetapi pas di rumah handphone selalu dimatikan. Tidak usah berpikir lama-lama aku bisa menebak dia pasti takut sama istrinya di rumah.  Ada lagi yang setiap tanggal muda mengajakku makan, tetapi setelah pertengahan bulan menghilang. Sudah ketebak gajinya cekak, maunya punya istri dua.

Aku hanya bisa menahan amarah bila ketemu lelaki yang pura-puranya menawari pekerjaan atau mengajak bisnis tapi ujung-ujungnya hanya modus untuk mendekatiku.  Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku kencan dengan imbalan order kerjaan. Aku menolaknya dengan halus, tentu saja. Kalo aku mendekatinya itu hanya caraku untuk melancarkan bisnisku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun