Mohon tunggu...
Rudiyanto
Rudiyanto Mohon Tunggu... Guru - KADER JKN-KIS

Ya Allah mudahkanlah segala urusan ku

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Idul Adha, Ajang Refleksi Pilpres 2019

16 Agustus 2018   21:03 Diperbarui: 16 Agustus 2018   21:06 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat malam sahabat Kompasiana... Apa kabar ? Moga mala ini pada  sehat semua. Amin..

Sahabat Kompasiana yang budiman... Tujuh hari lagi umat Islam akan meperingati hari  kemengan umat Islam yakni Peringatan Idul Adha Tahun 1439 Hijriah/ 2018 Masehi. Peringatan hari raya Qurban ini tentunya  harus menjadi sebuah refleksi diri bagi para Calon Presiden ( Capres) dan Calon Wakil Presiden ( Cawapres) Tahun 2019 mendatang  untuk bisa menjadi pemimpin yang rela berkorban.

Apakah Capres dan Cawapres  yang akan maju dalam Pilpres 2019  mampu berkorban untuk rakyat yang makin hari hidupnya makin melarat,harga kebutuhan pokok meningkat, dolar semakin meroket, masyarakat sudah  dibikin  susah dan menderita atau malah sebaliknya justru rakyatlah yang di jadikan  korban untuk kepentingan elite dan kekuasaan negri ini.

Idealnya  pemimpin adalah pelayan masyarakat. Jika seseorang  dikasih amanah i untuk menjadi pemimpin maka kewajiban tugasnya adalah rela berkorban dan siap melayani rakyat yang dipimpin.

Kita semua  rasanya belum menemukan  tipe pemimpin semacam itu, makanya di tahun poitik 2019 mendatang, seyogyanya kita harus mencari dan memilih  pemimpin yang mau dan mampu berjuang, berkorban, dan melayani rakyatnya. 

Bukan pemimpin yang memperkaya diri, keluarga, kelompok, bahkan partainya. Pemimpin yang siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah. Pemimpin yang mampu mensejahterakan rakyatnya dan mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya.

Mengutip dari sejarah peradaban Islam,  kepemimpinan yang baik telah diajarkan oleh nabi, sahabat, khalifah dan orang-orang terdahulu. Bagaimana Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima anaknya di istana dengan tanpa lampu penerang, lantaran sang anak datang untuk kepentingan pribadi dan keluarga sedangkan lampu penerang dibiayai oleh negara. Sebab itu, Umar bin Abdul Aziz mematikan lampunya.

Adakah pemimpin negri ini  yang bersikap seperti itu. Tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, keluarga kelompok, bahkan partainya.

Semoga momentum Pilpres 2019 mendatang  harus dijadikan momen  untuk mencari dan memilih Pemimpin Negara yang mau berkorban. Bukan pemimpin yang hanya mengandalkan popularitas bahkan hanya mementingkan pencitraan. Memilih Presiden  harus memilih calon   yang mampu bekerja nyata untuk perbaikan nasib rakyatnya. Semoga bermanfaat. Amin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun