Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Banjir (dan Bencana Alam) Semoga (Segera) Berakhir dengan Berjuta Hikmah

10 Februari 2014   08:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:59 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 21 Januari2014 saat tengah berjalan kakiponsel saya berbunyi. Karena nomornya tidaksaya kenal,saya agak waspada.Ya ampun, ternyatadari Dik NurullohKompasiana. Aduh maaf ya Dik, saya agak kurang konsen, karena suara berisik di jalan. Dik Nurulloh mengkonfirmasi bebeberapa data, juga memberitahukan bahwa tulisan sayatentang hidup berdampingan dengan banjirakan dimuat di Freez Kompasiana edisi cetak Rabu tanggal 22 Januari 2014.

Dan tulisan saya tersebutdimuat di edisi cetakterakhir Freez Kompasiana (di Klasika) yang dimuat di media cetak nasionalbergengsi Kompas. Selanjutnya tidak adalagi Freez Kompasiana edisi cetak di Kompas, karena akanmenjadi Majalah Digital. Tentu sayabergembira,siapa sih yang tidak gembira ketika tulisannya dimuat di edisi cetak Kompas. Terimakasih ya buat admin Kompasiana. Dalam hati saya berdoa semogamemberikan manfaatbagi yang membacanya, terutama di musim banjir. Kalau ada kekurangan, saya mohon maaf.

[caption id="attachment_321614" align="aligncenter" width="362" caption="Edisi cetak terakhir, Freez Kompasiana, tanggal 22 Januari 2014"][/caption]

Banjir dan Bencana (semoga tidak) Berkepanjangan

Tak dinyana banjir di Bumi Pertiwi awal tahun 2014 ini berkepanjangan. Kisah duka banjir bandang di Menado, bersambung dengan cerita sedih banjir ibukota, banjir kawasan pantura, banjir Bandung selatan (Cieunteung Bale Endah) juga di Kalimantan,dan diberbagai kawasan di tanah air.

Nestapa dunia bukan hanya banjir semata, namunbadai salju di Jepang, suhu dingin ekstrim di AS , banjir di Boliviamalah lebih lama dan dahsyat, banjir di Inggris, yang sebelumnya sudah didahului dengan topan Hainan di Filipina , serta banjirbandang di Vietnam.

Duka lara di negeri sendiri yang berkepanjangan adalah juga letusan gunung api Sinabung Sumatera Utara. Belum lagi gunung Kelud yang mulai terbatuk. Indonesia adalah negerisuburdengan risiko tinggi bencana karenaberada di kawasan cincin api sirkum Pasifik. Dengan jenis tanah-tanahyang cenderungmudah longsor. Kawasan yang juga memiliki risiko gempa bumi.

Jika hujanturun terlalu deras (dampak Global Warming: cuaca ekstrim) , bukan hanya banjir biasa atau banjir bandang yang datang, tapi juga bahaya pohon-pohon tumbang  di jalan raya kota. Ditambah longsor dan tanah bergerak. Belum lagi banjir lahar dingin di bekas letusan gunung api yang membawa material dan bongkahan batuitu mengalirdan meluap-luap.

Sungguh siapapun tak menginginkan kisah lara seperti initerjadi. Jutaan manusiamenggelandang di pengungsian. Kehilangan lahan garapan. Rumah-rumah dan harta benda  yang hanyut, rusak dan hancur, serta  jalan-jalan raya yang rusak dan berlubang, menimbulkan kemacetan dankecelakaan. Betapa banyak ongkos untuk menormalisirnya kembali. Perekonomianjuga lumpuh lantaran bencana alam.

Bagaimanapun, di balik bencana selalu banyak hikmah bisa kita petik bersama. Meski dengan kecemasan, dan doa seorang ibu,putra saya yang bekerja di ibukotamendapat pelajaran dalam hidupnya.Berjuangberangkat kantor menembus banjir saat hari masih gelap, dan pulang melewati banjirsetelah hari gelap. Mengantri di halte Busway , kaki dan sepatu kuyup terendam genangan airdalam deras hujan saat perjalanan dari halte Trans Jakarta ke tempatnya menumpang tinggal. Hal serupa dialami hampirseluruh pekerja warga kota yang kena banjir .

Tapi untuk seorang pekerja dewasa itutak seberapa. Bagaimana dengan anak-anak sekolah yangberjibaku dengan genangan air kotorberbaur limbah? Lalu dengan sekolah-sekolahyang terendam? Pastinya itu jauh lebih sulit dan tidak mudah untuk mereka.

Karenanya, jadi manusiaharus pekanak. Tidak mudah hidup dengan banjir. Perhatikanduka lara pengungsi miskin yangditerpa hujan dan angin di kolong jembatanlayang……Banjir selalu memberikan kesedihan dan kesulitan. Mulailah dari dirimu. Ubah gaya hidup kita, supaya kita tidak tergolongpada manusia yang menanamandilsebagai salah satu penyebab bencanabanjir………….”

Jika sudahdatang bencana bertubi-tubi,saatnya saya mengintrospeksi pola hidupkeluarga sendiri. Anak-anak adalah orang pertama yang saya sadarkan untuk bergaya hidup‘hijau’ , setelah diri sendiri.

Perjuangan Mengubah Gaya Hidup

Sungai-sungai anugerah Tuhan ,dari mata air pegunungan yang mengalirbening dari sumbernya, dalam perjalanan menuju muara, sedikitdemi sedikit dicemari oleh limbah industri / dunia usaha / rumah tangga,plus jutaan ton sampah kantong plastik keresek dan styrofoam. Belum lagi sejumlah manusia membuang meubeul bekas, kasur bekas, tanpa sedikitpun rasa bersalah.Ikan-ikan bahkan mati dantercemar polutan.

Pemborosan enerji bahan bakar fosil (kendaraan bermotor)yang berakibatmelimpahnya emisikarbon di udara memperparah pemanasan global, akibatnya gunung es di kutub mencair, permukaan lautnaik. Sebaliknyasejumlah daratanmengalami penurunan permukaan tanah lantaranair tanahnya disedot habis-habisan.

Cuaca ekstrimdengancuaca dinginkelewatan, berlawanan dengan cuaca panas yang juga ekstrim sangat panas. Kecepatan angin danpertumbuhan badai di segala pelosok bumi, petir yang mengganas dari gumpalan awan pekat dan hitam.

Tak sedikit manusia yang paham tentang proses kerusakan lingkungan, tahu betul mekanismenyasampai rentetan musibah akibat kerusakan lingkungan terjadi. Namun hati nurani belum terpanggil untuk bangkit dan menjadi kuat, mengubah kebiasaan hidup.

Rasa malasuntuk mengelola sampah,kebiasaanmembuang sampah sembarangan (di sungai, di selokan, di pinggir jalan) ,keraplebih kuat menguasai hatidan pikiran manusia. Kebiasaan buruk itu mengubur dan mengalahkansemangat untuk sekedar meluangkan waktu tenaga membuang sampah dengan cara bijak.

Sungai-sungai yang kawasan hulu dan bantarannya semestinya hijau , sudah menjadi belantara beton. Dimana dari belantara beton itu dimuntahkan segala jenis sampah hingga melimpah ruahdan menumpuk di pintu-pintu air dandataran rendah muara sungai. Pada akhirnyabanjir air hujanberakhir dengan banjir air mata.

[caption id="attachment_321618" align="aligncenter" width="300" caption="dataran tinggi yang mulai terkikis bangunan, potensial menyebabkan banjir, foto by masrierie kompasiana 2014"]

1391995735229787431
1391995735229787431
[/caption]

Mungkinkedengarannya membosankan mendengar himbauangaya hidup hijau untuk ibu rumah tangga , tapi saya tetap ingin kembali menuliskannya lagi, setidaknya mengingatkan diri sendiri. Karena saya sendirijugasuka alpa dalam mengupayakangaya hidup yang ramah lingkungan.

  1. Bangun pagi untuk sesegera mungkin memadamkan lampu.
  2. Saat memasak di dapur menggunakan trik hemat(banyak tips dari media wanita), contohnya masak pakai panci tekan, atau gunakan kukusan 3 tumpuk untuk memasak beberapa jenis sekaligus.
  3. Bijak menggunakan air (hematsaat mandi dan mencuci, contohnya menggunakanair bekas cuci pakaian untuk menyikat kamar mandi, gunakan airbekas cuci beras untuk tanaman).
  4. Menggunakan transportasi publik untuk jarak jauh , jika memungkinkan. Menggunakan sepedauntuk jarak agak dekat jika memungkinkan. Jalan kaki untuk jarak sangat dekat.
  5. Memilah sampah. Yangorganik saya jadikan kompos untuk tanaman dan halaman sendiri. Yang anorganik saya bagilagi, ada yang bisa saya buat kerajinan tangan (plastikkeresek, kemasan deterjen,styrofoam) , lainnya saya pilah juga. Ada kelompokyang disukai pemulung, ada yang tidak. Jadi pemulung tidak mengacak-acaknya lagi, tinggal ambil.
  6. Untuk kantong sampah gunakan yang terbuat dari singkong, agar mudah terurai.
  7. Menghijaukan rumah sendiri.
  8. Jika ingin membeli rumah, atau membangun rumah, saya pikir dulu. Tidak memilih rumah yang dibangun di kawasan resapan air dan bantaran sungai. Juga menghindari desain rumah yang membutuhkan penerangan di siang hari dan membutuhkan AC. Lebih baik yang sejuk alamiah karenacukup ventilasi, dan terang alamiah karena desainnya menyerap cahaya matahari di siang hari. Untuk penyejukkan bisa dengan penghijauan di sekitar rumah.
  9. Membersihkan selokan agar airnya lancar mengalir, bukan sebaliknya, menyumbat selokan dengan tanah dan mendangkalkannya dengan adukan beton.
  10. Jika belanja membawa tas kain.
  11. Membuat lubang biopori di rumah sendiri.
  12. Tidak menghabisi seluruh lahanuntuk bangunan, menyisakannya untukruang terbuka hijau dan resapan air. Perkerasancarport menggunakan grass blok.
  13. Menanam pohon dan tanaman pot sebanyak mungkin di rumah sendiri.
  14. Memberi pesan kepada anak untuk tidak buang sampah sembarangan, hemat listrik, hemat air bersih.

Hanya itulah upaya kecil yang bisa saya lakukan sebagai warga masyarakat. Lalu berharap semoga bencanatidak lagi parah berkepanjangan, semoga saja segera berakhir, amin.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun