Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Saat Saya Menyuci Seratus Piring

3 Februari 2022   08:35 Diperbarui: 3 Februari 2022   09:10 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersih tidaknya piring seusai makan, menggambarkan pola berpikir  seseorang. Foto : masririe Kompasiana

Tentang air minum kemasan gelas plastik , saya mengumpulkan yang bersisa dan yang hanya sedikit diminum berserakan di antero rumah, dari teras depan , sampai ke kamar tidur.

Jujur, saya pikir, apa susahnya sih menghabiskan air minum kemasan.Bukankah minum itu menyehatkan, lagi pula kalau hanya segelas , bukan satu botol. Nah kalau makanan dan minuman kemasan bersisa begini , siapa juga sih yang mau menyantap sisanya.

Saya harus siap , menghabiskan enerji lebih, meski menyita waktu, saya mengumpulkan gelas plastik berisi sisa air dan sedotannya. Lalu airnya saya siramkan ke tanaman dalam pot-pot bunga. Gelas plastiknya khusus saya pilah agar pemulung mudah untuk mengambilnya.

Dalam hati, saya berterimakasih sekali kepada mereka yang menghabiskan isi air minum kemasan.

Seorang kerabat berkomentar , seharusnya  tidak usah menyiapkan air kemasan. Cukup air galon, dan siapkan gelas-gelas  saja. Itu dia, beberapa tahun sebelumnya  kami memang masak air keran PDAM. Kami siapkan panci-panci besar, jumbo dan teko.

Alhasil saya maraton masak air minum, mengisi penyimpanan air mentah, mengisi jumbo, botol-botol dan teko-teko yang selalu habis . Sampai belasan kali saya masak.

Kembali lagi ,   maraton membereskan gelas- gelas kotor .Seperti biasa, berserakan di meja, di lantai, di teras rumah, di kolong kursi, di kamar, di ruang tamu, di meja makan. Itu sebabnyakami memutuskan menyajikan air minum kemasan plastik saja.

Sayangnya waktu itu belum ada tradisi bawa tumbler sendiri . Kalau para tamu diminta bawa tumbler kan  kami tinggal menyiapkan air minum galon misalnya.

Itu baru tentang kerepotan membenahi air minum kemasan. Sebetulnya bisa saja saya langsung mengantongi semua gelas plastik air kemasan , buang begitu saja ke tempat sampah. Tapi saya merasa bertanggung jawab pada Sang Maha Pencipta. Saat di belahan lain dunia , sejumlah orang kehausan, kesulitan air bersih, kok kita menyia-nyiakannya.

Jadilah saya memanfaatkan sisa air minum kemasan untuk menyirami tanaman saja, daripada terbuang.

Tapi itu sebelum pandemi covid ya, kalau sesudah pandemi, sangat beresiko jika kita menyentuh sedotan bekas di air minum kemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun