Mohon tunggu...
Masriah Hasan
Masriah Hasan Mohon Tunggu... Lainnya - SEO Specialist

Halo! Nama saya Masriah Hasan. Dengan senang hati mengajak Anda mengeksplorasi perspektif saya tentang melalui https://ohmiloveit.wordpress.com/ dan ohmiloveit.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Renungan Terpelihara Sang Puan

22 Mei 2023   11:58 Diperbarui: 22 Mei 2023   12:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hariku selalu tentangmu dan harimu kerap tentangku, kita selayaknya pasangan baru. Lagi-lagi "Aku mau kamu mengisi hariku". Lalu berjam-jam tanpa sapaan mesra hampir saja membuat kita gila. Kita tak pernah luput merayakan tanggal delapan kita. Aku mau perayaan kita tak kalah meriahnya dengan hari kemerdekaan Indonesia. Semesta acap tertawa mendengarkan kita. Kita perlu sibuk dengan dunia kita masing-masing untuk menjaga kewarasan kita. 

Kewarasan miliku bisa sirna tiap kali mereka mempertanyakan keseriusanmu. Kata mereka, "Mengapa belum juga menikah?". Logikaku menambahkan bahwa lima tahun bukan waktu yang sebentar. Nyicil motor selama lima tahun saja terasa memberatkan pikiran. Bagaimana bisa aku bersemangat merayakan sebuah putaran waktu yang bergulir maju tetapi aku tak tahu sampai kapan ia akan menmacakkan panahnya. Sampai kapan ingin membersamai tanpa ikatan resmi. 

Pikiran rasionalku yang lainnya bersemangat membisikkan "Usah dengarkan mulut perempuan lain". Tubuhku tak pernah kuizinkan berkenalan dengan 'telat nikah'. Aku sibuk mengerjakan pekerjaan idamanku, jurnalis investigasi. Sejak sekolah dasar dulu aku selalu mendambakan pekerjaan ini tetapi kadang aku merasa bosan. Diam-diam egoku juga ingin tahu rasanya menjadi penyanyi terkenal, guru, pustakawan atau profesi lainnya yang mungkin tak pernah kupikirkan sebelumnya. Namun berapa pun juga jauhnya jarak yang ditempuh aku tak pernah lupa arah tempat ternyaman. Kamu.

"Kamu adalah rumah yang kusewa lima tahun lamanya, sayangnya aku kini mengharapkan Sang Pemilik memberikannya padaku"

"Ingat nggak kamu pernah kehilangan arah pas kembali ke rumah?"

Aku menatap matamu yang bergerak seiring langkah seorang perempuan yang meninggalkan sebuah butik di perempatan lampu merah. Aku baru sadar. Lalu menepuk paha kirimu karena tak memperhatikan lampu lalu lintas yang berubah hijau. Banyak kendaraan di belakang memacu klaksonnya supaya kita menepi. Kamu melajukan mobilmu melampaui batas kecepatan. Aku meresah kamu merusuhi hatiku.

Aku lelah menggerutu dalam hati. Aku hampir meninggalkan kamu saat lampu merah. Arsip pikiranku membuatku membaca kembali apa yang dikatakan ibuku. Katanya membangun hubungan itu dengan cinta, komitmen dan harmonisasi pikiran dan perasaan. Singkatnya ibu bilang jangan jatuh cinta tanpa logika.

Saat itu awal April. Tak ada bedanya dengan bulan Maret, Februari, Januari juga bulan-bulan lainnya. Kita selalu ingin makan di tempat favorit kita. Sore itu kelabu. Udara ibu kota pada jam pulang kerja memang tak pernah memulihkan rasa lelah. Kelelahan menyaru dengan peluluhan perasaanmu. Samar-samar. Apakah kamu benar-benar mencintaiku?

"Kenapa?" katamu. Aku mencoba merangkai kata dalam pikiranku. Kamu bertanya kembali, "Apa?"

"Hantu masa lalumu menghantuiku"

"Bayangan kita memang nggak bisa dilepaskan, Sha"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun