Mohon tunggu...
Alvarel
Alvarel Mohon Tunggu... Bumn

Nama Alvarel kelahiran di Jember, anak pertama hobi saya belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Munafik dan keras hati

24 September 2025   10:33 Diperbarui: 24 September 2025   08:44 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bayangan di Balik Senyum

Di sebuah sekolah menengah, ada seorang siswa bernama Raka. Wajahnya selalu tersenyum, kata-katanya terdengar manis, dan ia sering terlihat dekat dengan guru. Hampir semua orang mengenalnya sebagai anak yang baik, rajin beribadah, dan suka menolong. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik senyumnya, Raka menyimpan sifat munafik dan hati yang keras.

Di depan guru, ia selalu berkata, "InsyaAllah, saya kerjakan, Bu." Namun ketika tiba di rumah, buku pelajaran justru dibiarkan menumpuk berdebu. Saat teman-temannya sedang sibuk belajar untuk ulangan, ia malah bermain gim sambil tertawa lepas. Ironisnya, ia masih pandai berdalih. "Ah, gampang. Toh nanti aku bisa menyontek," gumamnya sambil tersenyum puas.

Teman dekatnya, Ilham, sering gelisah melihat sikap itu. Suatu sore di kantin sekolah, ia memberanikan diri menasihati.

"Rak, kamu jangan begini terus. Orang lain percaya sama kamu karena sikapmu di depan guru, tapi aku tahu aslinya. Jangan jadikan kebaikan itu topeng."

Raka tertawa kecil. "Ilham, kamu terlalu polos. Dunia ini bukan sekadar belajar keras. Yang penting pintar cari jalan. Aku sudah terbukti juara kelas, kan?"

Perkataan itu membuat hati Ilham perih. Ia tahu Raka pintar, tapi kepintarannya dipakai untuk menipu. Ia hanya bisa berdoa semoga suatu hari temannya itu sadar.

Hari ujian tiba. Raka dengan liciknya menyelipkan catatan kecil di balik lengan seragam. Ia menulis dengan huruf kecil-kecil, nyaris tak terbaca kecuali oleh dirinya sendiri. Saat guru lewat, ia pura-pura serius mengerjakan soal. Setiap kali berhasil mengintip catatan, wajahnya semakin percaya diri.

Nilai ujian keluar seminggu kemudian. Raka meraih peringkat pertama. Guru memujinya di depan kelas.

"Contohlah Raka. Rajin, disiplin, dan berprestasi," kata guru bangga.

Tepuk tangan bergemuruh. Beberapa teman berbisik kagum. Namun di sudut ruangan, Ilham hanya diam. Ia menunduk, tidak tega melihat kepalsuan yang dipuji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun