Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sahur dengan Obrog di Indramayu

17 Juli 2015   19:44 Diperbarui: 17 Juli 2015   19:44 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga Indramayu pada bulan Ramadhan lumrah “dibangunkan” dari tidurnya untuk melaksanakan makan sahur dengan bunyi musik yang khas, yakni Obrog. Fenomena obrog, sebagai sebuah seni tradisi sangat menarik untuk ditelisik, khususnya pada perubahan media (alat musik), bentuk, dan pergeseran fungsinya.

Apa itu obrog? Nama obrog berasal dari bunyi alat musik yang sering ditabuh, semacam kendang/gendang atau lainnya. Tidak diketahui dengan pasti kapan kesenian ini tercipta. Obrog merupakan kesenian yang banyak ditemui selama bulan Ramadhan. Selama sebulan penuh, rombongan musik obrog berkeliling dari desa ke desa guna membangunkan warga untuk makan sahur.

Menurut Ahmad Yunus (1980), obrog ini justru berasal dari daerah pedesaan. Dolanan ini bahkan sudah dikenal oleh masyarakat Jawa lebih dari ratusan tahun yang lalu. Kamus Baoesastra Djawa karangan WJS. Poerwadarminta (1939) pun merekam istilah ini, dan pada halaman 449 dikatakan sebagai “araning dolanan bocah (nganggo gacuk watu totohane gendhongan)” yang artinya kurang lebih “nama permainan anak (menggunakan media bermain berupa batu dan dengan taruhan gendongan)”.

Namun, bisa diambil sebuah kesimpulan soal penamaan kesenian ini, ketika tabuhan tadi dipukul akan menghasilkan bunyi “brog...brog”. Lambat-laun dari bunyi tadi, akhirnya muncul kosakata “obrog” sebagai bentuk penyebutan kesenian ini. Karena pada awal kemunculannya, kesenian ini menggunakan alat-alat musik berupa alat musik tradisional.

Sekarang rombongan obrog bermain dengan menggunakan alat musik modern. Mulai dari gitar elektrik, bass, organ, tamborin, dilengkapi dengan sound system yang didorong di atas gerobak. Ada juga rombongan obrog yang menyediakan panggung mini yang didorong di atas roda.

Para biduannya juga banyak yang membawakan tembang-tembang tarling. Mirip sebuah grup organ tunggal. Pada dekade 1980-an, obrog banyak dimainkan oleh grup kelas pinggiran dengan perangkat musik yang lengkap. Teknologi karaoke yang marak pada dekade berikutnya yakni 1990-an turut mewarnai perkembangan obrog. Belakangan ini, obrog banyak dimainkan dengan organ tunggal.

Pada saat bulan puasa tiba, grup obrog menjamur di sebagian besar wilayah Indramayu. Satu grup obrog biasanya masih terikat hubungan kerabat. Dahulu para pelakunya, dikuasai oleh kaum laki-laki. Ini disebabkan karena kaum perempuan dianggap tabu untuk keluar malam oleh masyarakat. Namun sekarang rombongan obrog banyak menyertakan perempuan di dalamnya, terutama yang bertindak sebagai seorang biduan.

Pergeseran Nilai Obrog

Perubahan-perubahan ini memang wajar. Obrog bukanlah produk kesenian yang sakral. Ia dapat berubah sesuai dengan keadaan dan tuntutan zaman, serta selera masyarakat pendukungnya. Penggunaan alat-alat musik modern adalah bentuk tuntutan zaman yang diikuti oleh para pelaku seni ini.

Hal lain yang unik dari obrog, yaitu saat Idul Fitri (Lebaran) tiba, masyarakat akan memberi uang, beras, atau makanan sebagai ucapan terima kasih karena mereka telah dibangunkan sahur selama bulan puasa. Ini adalah wujud hubungan timbal-balik antara pelaku seni obrog dan masyarakat.

Setiap kegiatan seni memiliki sebuah fungsi. Edi Sedyawati (2006: 366) menyebutkan fungsi seni, yaitu: sebagai penyalur kekuatan adi-kodrati; penyalur bakti kepada Tuhan (religius); melestarikan warisan nenek moyang; sarana atau komponen pendidikan; kegiatan bersenang dan berhibur; sarana pencaharian hidup. Di masa lalu obrog erat sekali dengan fungsi penyalur bakti pada Tuhan (religius).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun