Tak lama setelah perubahan slogan, ada tsunami yang menghantam partai ini. Sang ketum dijadikan tersangka mega korupsi e-ktp. Kasusnya menggelinding bak bola salju, Golkar pun melakukan Munaslub. Hasil Munaslub Golkar pada 20 Desember 2017 menjadikan Airlangga Hartanto sebagai ketum, dalam rangka rebranding diubahlah slogan menjadi "Golkar Bersih, Golkar Bangkit". Targetnya jelas, menyasar citra buruk korupsi di tubuh Golkar.
Keinginan Golkar untuk menguatkan positioning begitu terlihat jelas dari tagline baru ini. Sebagai partai tua, modern, dan berbasis program dan kekaryaan, hal inilah yang ingin disampaikan Golkar melalui tagline-nya.
Dari kisah Golkar ini kita belajar bagaimana positioning sebuah brand dapat mempertahankankan sebuah partai tetap menjadi market leader politik dan juga kita belajar bahwa positioning tidak selalu hanya dilakukan sekali, tapi bisa dilakukan berkali-kali ketika dirasa rakyat sudah mulai jenuh. Positioning brand memberikan kesan sesuatu yang 'baru' bagi sebuah partai.
Lantas pertanyaannya, bisakah Golkar memenuhi janji-janji brand baru ini?
***