Penangkaran buaya di Desa Malawele, Wilayah Sorong, Papua Barat Daya, merupakan salah satu upaya konservasi yang mencoba menyelesaikan konflik antara manusia dan satwa liar. Saat ini, penangkaran milik swasta ini menampung sekitar 40 ekor buaya dengan berbagai latar belakang yang kompleks dan beragam.
Proses pengumpulan buaya di lokasi ini tidaklah mudah. Sebagian besar buaya diperoleh melalui penangkapan dari area pemukiman warga, di mana keberadaan mereka menimbulkan ancaman serius bagi keselamatan penduduk setempat. Tim penyelamat dengan cermat dan hati-hati melakukan proses evakuasi untuk mencegah potensi konflik dan korban jiwa. Tidak sedikit buaya yang berhasil diselamatkan dari situasi yang membahayakan, kemudian ditempatkan di penangkaran ini.
Selain buaya hasil tangkapan, penangkaran juga memiliki sejumlah buaya hasil perkembangbiakan internal. Proses reproduksi di bawah pengawasan ketat memungkinkan beberapa ekor buaya lahir dan berkembang di dalam lokasi penangkaran. Hal ini menunjukkan keberhasilan upaya konservasi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan satwa. Tambahan pula, beberapa buaya merupakan titipan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), yang semakin memperkuat jejaring kerja konservasi.
Kondisi infrastruktur penangkaran saat ini menjadi perhatian serius. Kandang yang telah berdiri sejak tahun 2012 dinilai sudah tidak memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Pemilik penangkaran memiliki rencana ambisius untuk membangun kandang baru yang lebih modern, representatif, dan memenuhi standar kesejahteraan satwa. Lebih dari sekadar renovasi, rencana ini juga mencakup pengembangan lokasi menjadi tempat wisata edukasi konservasi, yang akan memberikan pemahaman lebih baik kepada masyarakat tentang peran dan pentingnya buaya dalam ekosistem.
Status penangkaran sebagai inisiatif swasta tidak mengurangi kredibilitas upaya konservasi. Melalui izin resmi dari instansi terkait, penangkaran ini menunjukkan komitmen serius dalam pelestarian satwa. Setiap buaya yang ada di sini tidak sekadar menjadi objek pameran, melainkan representasi upaya konkret untuk melindungi, memahami, dan hidup berdampingan dengan satwa liar.
Ke depannya, penangkaran di Desa Malawele berpotensi menjadi model konservasi berbasis masyarakat. Dengan kombinasi edukasi, pelestarian, dan pengembangan kesadaran lingkungan, lokasi ini dapat menjadi contuk konkret bagaimana manusia dapat berinteraksi secara bermakna dengan satwa liar yang kompleks dan penting bagi keseimbangan alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI