Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gebyah Uyah Padha Asine, Anggapan bahwa Semua Hal Dipandang Sama

5 April 2020   13:54 Diperbarui: 5 April 2020   13:51 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahkim seseorang terhadap sebuah peristiwa atau fenomena yang terjadi,  terkadang menyisakan masalah,  yang  bila diruntut berujung pada sebuah akar peristiwa yang sebenarnya sangat remeh.

Menyamaratakan,  menggeneralisir,  dan memperlakukan semua menjadi hal yang harus dipandang sama. Tujuan sebenarnya hanya satu kelompok kecil yang menjadi sumber keresahan,  akan tetapi karena adanya anggapan bahwa semua sama,  maka orang lain yang tidak ada hubungan apa-apa turut menjadi korban.

Bermula dari sebuah pertandingan Liga 1 antara PSIS Semarang VS Persipur Purwodadi,  berakhir dengan skor  0-0.
Pertandingan berjalan aman terkendali sampai babak kedua berakhir dan wasit meniup peluit tanda berakhirnya laga.

Lalu persoalan muncul  saat salah satu rombongan supporter dari Semarang mulai berbuat usil,  menjarah beberapa minimarket di sepanjang jalan kota Purwodadi.  Tak dapat dicegah,  dan ini menimbulkan dampak keresahan pada masyarakat sekitar.

Dan keributan terjadi,  masayarakat bergerak,  kerusuhan meletus.  Kendaraan plat H dari Semarang baik roda dua maupun roda empat menjadi objek perusakan sebagai aksi balasan dari warga setempat.

Para supporter yang berasal dari semarang yang menggunakan atribut kaos,  bendera, topi,  sal,  berwarna biru dikejar dan kocar- kacir menyelamatkan diri.

Anggota TNI dan polri dikerahkan untuk meredam amarah warga.  Sehingga mereka harus meninggalkan harta benda berupa kendaraan yang hangus,  pulang,  dievakuasi menggunakan truck militer dan kendaraan polisi sampai ke Semarang.

Waktu itu semua kendaraan berplat H menjadi incaran amuk masa.  Sehingga yang sedang menuju arah timur atau ke barat yang melewati kota Godong dan Purwodadi harus sabar bertahan di perbatasan kota dengan dengan pengawalan ketat TNI-Polri.

Baru beberapa hari kemudian masalah bisa diatasi,  dan kendaraan tersebut bisa lewat menuju tujuan masing-masing.

Masalah yang ditimbulkan oleh ulah segelintir orang itu berefek pada sebuah sikap yang  tergeneralisir sedemikian rupa.  Sehingga menimbulkan teror balik yang efeknya justru lebih berbahaya dari tindakan yang menyulutnya.

Sikap gebyah uyah pada asine pada sebuah peristiwa yang terjadi dari segelintir supporter dari Semarang membuat semua hal yang berbau Semarang  menerima ancaman keamanan.  Padahal tidak semua orang Semarang yang  menonton bola waktu itu melakukan penjarahan.  Bahkan tidak semua orang semarang yang lewat di situ ikut menonton bola,  atau ada juga orang sekitar lokasi yang  memiliki mobil atau motor dengan plat H dan belum sempat dibalik nama.

Tapi dalam psikologi masa,  semua orang memang tidak dapat dikendalikan.  Sebuah rombongan akan bergerak lebih kuat manakala jumlah rombongan makin bertambah. Karena power of interest yang sama,  sehingga semua kemungkinan bisa terjadi bila tak segera di tangani.

Saat ini orang-orang dengan wajah Asia juga menerima perlakuan rasis di luar negeri sebagaimana ditulis oleh Kompasianer Tjiptadinata Effendy yang  bermukim di Australia. Beliau menyampaikan bahwa orang-orang Asia diteriaki dengan kalimat Rasis oleh warga setempat. Karena corona muncul pertama kali di Wuhan China,  dan China ada di benua Asia, sehingga mereka menyamaratakan bahwa orang-orang Asia adalah pembawa virus corona.

Sikap gebyah uyah padha asine juga secara tidak langsung memunculkan stigma buruk pada kalangan tertentu.  Sehingga menimbulkan kecurigaan pada kelompok tertentu karena memiliki persamaan dalam penampilan.

Di tahun 2004 saat Bali dibom oleh orang  yang tidak bertanggung jawab,  saya juga sempat kena getahnya.  Saya diawasi semua aktifitasnya oleh petugas keamanan.  Bahkan nomor ponsel saya bisa diketahui oleh mereka,  padahal saya belum pernah sekalipun membagikannya.

Suatu ketika saya berkesempatan membantu aparat keamanan untuk optimasi media sosial mereka karena ada program manajemen media, saya bertemu langsung dengan orang yang mengawasi saya selama ini.

 Dan jawaban yang saya dapatkan sangat sederhana. Waktu itu jenggot saya pelihara panjang,  saya sering memakai gamis atau jubah saat ke masjid,  dan itu menjadikan alasan bagi aparat keamanan untuk mengawasi saya.  Karena ada kemiripan bentuk meskipun tidak pada perilaku.

Kalau dalam bahasa arab ada istilah mustastnayat artinya pengecualian. Maknanya tidak semua orang yang terlihat sama itu aslinya sama.  Bahwa tidak semua yang terlihat buruk itu sama buruknya,  sebab itu hanya permukaan yang tampak,  perlu proses pendalaman secara matang dalam mengolah fakta,  agar tak timbul sikap gebyah uyah padha asine.

Mungkin lagu alm Basofi Sudirman mantan gubernur Jawa Timur ini bisa menjadi pegangan.

"tidak semua laki-laki bersalah kepadamu
contohnya aku bisa mencintaimu'....

Lalu apa ya hubungan lagu ini dengan ungkapan "gebyah usah padha asine? "

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun