Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecantikan dan Seksualitas, Perempuan Tetap "Suka" Jadi Obyek?

7 Maret 2020   23:12 Diperbarui: 7 Maret 2020   23:28 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diedit dari IG @tarabasro

Lihat saja pada era 90-an banyak majalah khusus pria yang beredar di pasaran yang mendapat tempat khusus para pria. Majalah Matra dan Popular adalah diantaranya. Dalam kedua majalah ini mempertontonkan sensualitas perempuan yang menampilkan tubuh seksi.

Di stasiun televisi swasta juga pernah menayangkan sensualitas perempuan bertajuk mata lelaki. Yang tayang di atas jam 11 malam bagi para lelaki.  Tak jauh beda dengan majalah Matra dan Popular acara televisi ini juga mempertontonkan keindahan  tubuh perempuan dan membahas tema seputar urusan birahi.

Dulu juga pernah viral di intenet,  seseorang yang ditengarai sebagai  anggota jaringan teroris kedapatan menyimpan ratusan film porno dalam laptopnya.  Padahal kesehariannya tampil memakai sorban dan jubah sebagai peningkatan percaya diri.

Perempuan-perempuan yang lari dari Indonesia ke Suriah,  juga dijadikan objek seksualitas. Bahkan mereka dianggap sebagai mesin pembuat anak.

Sesungguhnya daya tarik perempuan adalah hak suaminya.  Bukan malah menjadi konsumsi publik,  meskipun secara hak asasi seorang perempuan memiliki kebebasan penuh dalam mengeksplorasi bentuk tubuhnya.  

Mengagumi bagian-bagian tubuh sendiri adalah wajib. Sebab bagian tubuh yang indah adalah pemberian Tuhan yang  perlu disyukuri.  Dan berusaha merawatnya dengan sepenuh hati.

Perempuan-perempuan ingin selalu tampil menarik dan awet muda sehingga produk-produk  kecantikan laris dipasadan.  

Dari riasan wajah,  krim anti aging,  mata palsu,  alis palsu,  rambut palsu, rambut mata palsu, bokong palsu,  hingga payudara palsu.

Dulu waku saya kecil, di kampung kami sering datang rombongan ketoprak dari luar kota.  Saat melakonkan sebuah cerita para pemain berdandan di belakang panggung. Para perempuan dari sinden,  pemain sebagai tuan putri,  atau yang  berperan sebagai perempuan biasa berdandan dengan dengan merias wajah dan menyisipkan kain di payudara,  dan menambah kain di bagian bokong agar saat tampil dipanggung terlihat seksi.

Mengeksploitasi diri di manapun berada adalah hak setiap orang.  Bahkan saat tampil eksis di media sosial.  

Tapi yang  perlu dipahami adalah bagaimana setiap perempuan bisa berlaku bijak dalam bermedia sosial.  Pamer kecantikan tak ada yang melarang,  tapi bila sudah menjurus pada usaha pornografi tetap akan mendapatkan peringatan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun