Mohon tunggu...
Agung Triatmoko
Agung Triatmoko Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sekedar menuliskan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tepung Desa dan BUMDesa

5 April 2016   10:54 Diperbarui: 5 April 2016   12:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya bak-bak itu disediakan oleh BUMDesa, lantas hasilnya ditampung oleh BUMDesa kemudian langsung didistribusikan ke pabrik penepungan, anda bisa bayangkan betapa dinamisnya kehidupan petani singkong di desa. Selain itu, bagi pabrik penepungan, dengan kerjasama melalui BUMDesa akan memudahkan mekanisme distribusi dan administrasinya.

Jika BUMDesa memiliki 10 petani saja yang tiap hari memproduksi 100 kg singkong segar, setidaknya setiap hari BUMDesa punya produk cip mocaf sebanyak 300 kg. Cip mocaf kering, dan selama 20 hari sudah bisa kirim satu truck cip mocaf (sekitar 6 ton).

Dengan asumsi diatas, secara asal-asalan kita bisa menghitung berapa modal yang diperlukan oleh BUMDesa. Menghitungnya cukup dengan mengalikan hasil akhir yang 6 ton dengan harga jual cip mocaf dikurangi laba yang diinginkan, atau 6.000 x (4.500-200) = Rp. 25.800.000,-, sebuah angka yang sama sekali tidak besar dengan adanya kebijakan Dana Desa yang mulai digulirkan.[caption caption="Koleksi sendiri"]

[/caption]Cip MocafSelamat mencoba


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun