Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkah atau Rahmad ?

19 Oktober 2015   11:22 Diperbarui: 19 Oktober 2015   11:38 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Adalah sering kita dengar bahwa pada saat membuka suatu pertemuan, atau bahkan kata-kata pendahuluan pidato sambutan pejabat, marilah kita mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmad Allah jugalah, kita semua dapat hadir pada pertemuan hari ini. Bahkan konon para founding father kita juga sempat mencantumkan kalimat pujian kepada Allah SWT atau seperti pengakuan bersama segenap bangsa, bahwa kemerdekaan kita itu, walaupun direbut dari penjajahan, namun sebagai makhluk beriman, tetap berpikir dan ikhlas, bersaksi, bahwa atas berkah rahmat Allah Tuhan Yang Maha kuasa. 

Ada semacam kondisional yang dapat membedakan antara rahmat dan berkah ini. Gambaran sederhana mengenai rahmat dan berkah dapat merupakan suatu peristiwa-peristiwa tertentu, dan tentu saja bagaimana pula kita menyikapi terhadap peristiwa itu. 

Rahmat lebih cenderung merupakan bentuk perwujudan kasih Allah SWT kepada makhluk yang sudah berusaha keras untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, kata rahmat lebih Rahmad digunakan sebagai nama orang dari pada berkah. Selain sebagai manusia itu terlahir juga karena usaha. Bukan terjadi begitu saja. Walaupun yang berusaha ke dua orang tua, tetapi hanya akan berhasil, kalau ada usaha. Namun mungkin juga bisa saja, karena orang tua ingin mendoakan kepada anaknya, supaya dapat mendapatkan rahmad Allah SWT. Mengingat salah satu keberhasilan perkawinan adalah melanjutkan keturunan dan menjadi orang tua adalah dapat mendidik anak sesuai tuntunan agama.

Rahmat juga dapat merupakan balasan yang walaupun belum tentu merupakan hal yang sama dengan sasaran dan target permintaan manusia sebagai hamba Allah. Berbeda dengan berkah. Kalau Rahmad masih dapat dihubungkan dengan usaha manusia sebagai makhluk Allah SWT, namun berkah, dapat muncul begitu saja tanpa diminta oleh orang beriman. Contoh sederhana mengenai berkat adalah kalau kita pergi kenduri. Tanpa berusaha keras untuk mencari makan, cukup masuk rumah yang mengundang kenduri, duduk baik-baik, ikut prosesi atau pun tidak, Insya Allah akan mendapat kenduri. Itu berkat.

Adalah Budi, Bowo dan Leksono, tiga sekawan yang sama-sama satu gerombolan paket gratis mejeng. Ketiga sekawan ini sedang ikutan kenduri. Budi duduk agak di depan, karena Budi berusaha keras untuk mendapatkan kenduri hari itu. Nasib Budi sedang apes hari itu dalam mencari makan pada hari itu. Apa boleh buat ? Seperti mendapat durian runtuh, Budi sangat bersemangat, begitu mendengar ada undangan menghadiri kenduri. Sedang Bowo datang agak belakangan sehingga Bowo duduk agak di tepian. Sementara Leksono, sebetulnya hanya ingin main saja ke rumah itu, jadi dia nyantai saja, bahkan tidak merasa perlu mencari posisi duduk di dalam rumah.

Budi, begitu mendapat jatah kenduri,  karena pola orang beriman selalu mendahulukan orang lain, dan juga dalam rangka mempercepat delivery, maka setiap Budi menerima kenduri, dengan segera Budi serahkan kepada sebelahnya untuk juga diberikan kepada kepada lagi dan seterusnya. Karena hal itu dilakukan oleh banyak orang, maka Bowo yang kebetulan duduk dipinggir malah dapat kenduri duluan. Nasib apa lah yang terjadi pada Budi, kok kebetulan kenduri itu habis, sementara Budi belum mendapatkan kenduri tersebut. Maklum ternyata kebiasaan undangan dari mulut ke mulut ini, kayaknya sekarang banyak digemari orang banyak

. Mungkin karena harga BBM yang rekatif tinggi, harga harga komoditi di lapangan yang terus melonjak, masih ditambah dolar yang bertengger cukup kuat dibandingkan dengan rupiah. Barangkali Budi mungkin salah satu dari orang-orang yang seperti itu. Eh sedang mengharap berkah kenduri saja kok ya nggak dapat bagian. 

Bagaimana menurut anda dengan Budi ini ? Jangan tanyakan kepada saya, dengan Leksono! Tiba-tiba saja muncul entah dengan alasan apa. Karena ini negeri bebas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun