Pangsiunan Enak Itu Mitos ? part 6
Edisi Meong
Melihat kembali daun daun itu merebak setelah layu, dengan menyiraminya dengan air, bukan main bahagia. Mekar daun dan bunga bunga, karena usaha kita, walau merupakan pekerjaan sederhana, namun mampu membuat bangkit, denyut jiwa dalam dada. Hidup berasa menjadi bermakna.Â
Adakah yang lebih tinggi dari pada dapat hidup lebih bermakna ?
Apalagi hanya sebagai seorang Pangsiunan ?Â
Rasa tidak berharga, karena tidak lagi punya kuasa hilang.Â
Saat menjadi pejabat, seakan dunia ada dalam genggaman. Saat aktif, berasa semua hal dapat diraih secara positif. Marwah seolah tinggi mengangkasa terbawa fasilitas dan power yang menggoda. Namun semua itu hilang, saat sudah masuk dunia pangsiunan. Baru kembali begitu dapat hidup dan menghidupi.Â
Mulai dari belajar on call sebagai Supri. Melihat realitas dunia dari lebih nyamannya bersih bersih lantai berkeramik dibandingkan sewaktu harus ngepel lantai berkayu. Berbagi tugas walau harus berdampak sabun Kapten Tack. Bergantinya saran menilpun, menjadi sasaran dering telepon. Sampai akhirnya menemukan salah satu tujuan hidup Bang Pilot.Â
Hidup menghidupi menjadi salah satu alternatif terbaik, sebagai pangsiunan.
Hidup si Meong, Â juga terkadang membuat kita bisa ketar ketir. Merawat pada saat dia sakit. Mengobatkan ketika tidak lagi dapat menangani sendiri. Walau hal itu sudah harus sebesar ongkos mudik non Tol. Rasa ingin berusaha menyelamatkan nyawa sesama makhluk hidup, menumbuhkan asa, begitu berat dan harus menjaga agar hidup itu tidak sia sia, ketika menghadapi situasi sulit dengan si Meong.