Sambil berlinang air mata Shinta berlari meninggalkan Rama. Shinta merasa bahwa pengorbanannya dengan setia dan patuh kepada Rama, sia-sia. Shinta telah mendengar sendiri pengakuan Rama, bahwa Rama tidak seratus persen mencintai Shinta. hancur hati Shinta mendengar pengakuan Rama. Wanita mana yang sudah tumpus lumus, setia menunggu, walau godaan kuat datang, patuh pada perintah, diminta masuk kobaran api 'Shinta Obong' pun mau, tapi masih juga tidak seluruh cinta Rama hanya untuk Shinta.Â
Tidak kuat rasanya lagi kaki melangkah namun Shinta ingin pergi. Shinta ingin meninggalkan semua kebahagiaannya bersama Rama. Shinta merasa bahwa seluruh pengorbanan Shinta selama ini sia-sia. Lelaki yang Shinta rindukan, lelaki yang Shinta pikirkan setiap hari, lelaki yang Shinta ingin bersandar bersamanya menghadapi cobaan berat dari godaan Rahwana, ternyata tidak dengan sepenuh jiwa mencintainya.Â
Jiwa Shinta terombang-ambing. Hati Shinta terkoyak. Tidak boleh lebih dari Allah dan Rosulnya, siapa pun tahu, itu Rama. Tetapi mengapa harus diucapkan! Kita baru saja bertemu bahkan selamat dari bahaya dan musibah yang datang menimpa, jerit Shinta dalam hati. Hati Shinta berontak.
Namun langkah Shinta yang terhuyung tiba-tiba harus terhenti, ketika secara sama-samar Shinta mendapati ada sosok tubuh yang duduk bersimpuh agak jauh dari Shinta berdiri. Panglima Hanoman, ada dia duduk di situ, pikir Shinta.
"Dewi kembali lah kepada Rama, Dewi ..." terdengar Panglima Hanoman berseru lirih, sambil menundukkan kepala.
"Kembali. Percuma Kanda Hanoman. Tidak akan seratus persen juga Shinta kalau kembali," jawab Shinta.
"Kanda Hanoman yang berjuang menyampaikan kabar kepada  Shinta, kalau Kakanda Rama bersungguh-sungguh ingin berusaha mencari cara, membebaskan Shinta dari tahanan rumah Rahwana. Kanda Hanoman, yang mampu membakar Istana Alengka. Kanda Hanoman yang mampu mengubur Rahwana di dalam bumi. Namun Bagindamu, dengan enaknya, menyuruhku untuk upacara "Shinta Obong". Bagindamu tidak sepenuh hati dalam hidupnya mencintai Shinta.
Maaf Kanda Hanoman, harap minggir. Shinta mau lewat!" seru Shinta.
Panglima Hanoman pun beringsut minggir.
Shinta pun meneruskan perjalanannya berlasri sambil masih meneteskan air mata. Terserah. Aku nggak mau tahu. Nggak ada artinya bersama Rama, kalau tidak seluruh cinta Rama diberikan untukku, pikir Shinta.