Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kau Datang Lagi Saat Ku Telah Bersama

27 September 2020   06:17 Diperbarui: 28 September 2020   21:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu saat bekerja, ada pemberitahuan masuk di notifikasi medsosku. Sebuah ajakan pertemanan dari seseorang yang masih asing namanya. Betapa kagetnya diriku setelah melihat profilnya. "Dia datang lagi..", gumamku. Ternyata ia pakai nama samaran, singkatan dari namanya. Tak berpikir panjang, langsung saja ku-approve ajakan itu.

Tak dinyana, sesaat setelah itu ia membuka komunikasi dengan melayangkan salam. Apa boleh bikin, aku pun menyahutnya. Dan kami pun terlibat percakapan seolah tak terjadi apapun di masa lalu. Rasa sakit di hati ini sudah sirna sebab ia telah tergantikan oleh sosok yang lain. 

Baca juga: Selingkuh, Haruskah Berawal dari Mata Naik ke Syahwat?

Waktupun bergeser dari siang menuju petang dan aku pun harus pulang. 

Sampai di rumah aku disambut meriah oleh seorang bocah yang mengacungkan sebuah senapan M-16 plastik, tanda ajakan untuk main perang-perangan. Kulayani saja meski ala kadarnya sebab belum pula kering peluh dari jidatku yang tertutup helm full face. 

Selepas mandi, kusantap makanan yang disiapkan istriku di meja makan. Sementara si bocah tengah menikmati Bang Jarwo di layar TV. Saking seringnya film itu diulang, permukaan CD-nya sampai baret-baret.

Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam, tiba saatnya si bocil tidur. Aku dan istri pun menunggu datangnya kantuk dengan bercakap-cakap ringan. Mungkin karena lelah mengurus rumah, istripun terlelap duluan.

Belum ngantuk, aku buka-buka ponselku untuk update berita biar nggak kudet kalau mgobrol dengan temen kantor. Tak lupa pula mampir ke medsosku. Tak dinyana ada sebuah pesan yang belum terbalas. Pesan dari dia. 

"Sekarang tinggalnya dimana?", begitu bunyinya.

Kujawab, eh ternyata dia belum tidur juga. Dan kembali percakapan berlangsung dengan begitu lancarnya. Lumayan bermenit-menit kami bercakap entah sampai jam berapa. Sampai pada sebuah ajakan untuk bertemu. Jengjengng! Wha, apa ini?

Singkat alinea, kami pun sepakat untuk bertemu. Ternyata ia pun tinggal tak jauh dari ibukota. Sebuah restoran menjadi pilihan kami. 

Perbincanganpun mengalir deras di antara kami berdua. Di tengah pembicaraan, tiba-tiba ponselku berdering. Kulihat di layar, tertera tulisan "My Nadia". Duh, istriku, angkat nggak ya? Ah, angkat aja daripada curiga. 

Baca juga: Jakarta PSBB Total? Nggak Apa, Sudah Biasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun