Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selingkuh, Haruskah Berawal dari Mata Naik ke Syahwat?

12 September 2020   23:46 Diperbarui: 13 September 2020   12:20 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perselingkuhan di kantor I Popmama.com

Akhirnya hubungan Dina dan Moko terungkap. Hanya karena masalah sepele yakni pesan whatsapp yang seharusnya dikirimkan Dina ke Moko, meluncur ke ponsel Mona yang juga teman sekantor mereka. Makanya, whatsapp-an jangan sambil ngantuk. Masa Moko sama Mona nggak bisa ngebedain.

Selingan Indah Keluarga Utuh
Prolog di atas bukan saya adopsi dari sebuah realita namun bisa saja ia benar-benar terjadi di ranah kehidupan perkantoran. Hubungan yang semula diletakkan di atas profesionalisme, suatu saat bergeser lebih jauh menjadi hubungan antara pria dan wanita dewasa. Hal itu tentu tak bermasalah jika si pria dan wanita belum menjalani hubungan resmi yang diikat oleh perjanjian waktu tak tentu yang tertuang dalam buku nikah maupun yang masih dalam proses penjajakan.

Bagi pria baik-baik, bagaimanapun wujud dan menariknya seorang rekan kerja, ia akan selalu diletakkannya pada posisi yang seharusnya. Meski dalam hati, ia tak henti-henti berdecak kagum atas kelebihan yang dimiliki rekannya itu. Entah karena kecantikannya, kepintarannya, keluwesannya ataupun kecantikan, kepintaran dan keluwesannya sekaligus. Satu atau beberapa hal yang bisa jadi ia tak temukan pada pasangannya.

Begitu pula dengan para pekarja wanita. Meski berbekal riasan agar terlihat menarik di hadapan orang lain, ia tentu tak berniat untuk menarik perhatian lawan jenisnya di luar rumah jika ia sudah bersuami. Lain halnya jika ia memiliki status 'It's complicated' seperti saat digantung tanpa komitmen oleh seorang lelaki. Wanita itu butuh kepastian, bray.

Menurut saya selingkuh dengan teman kerja itu sah-sah saja, sih. Asal kalau ketahuan pasangan di rumah nggak jadi masalah. Itulah yang dinamakan sebenar-benarnya selingkuh, selingan indah keluarga utuh. Misalnya dengan main play station dengan teman kerja atau mengadakan riding bersama di hari Minggu alias Sunmori (Sunday morning ride). Wenak to?

Perselingkuhan, Didasari oleh Syahwat Semata?
Berbicara tentang hubungan pria dan wanita dewasa, rasanya tak sulit jika kita mengaitkan dengan masalah seksualitas. Meski interaksi antara mereka tak sesempit itu juga, sih. 

Item berupa pemenuhan hasrat seksual amat mungkin menjadi salah satu faktor ketertarikan seseorang kepada lawan jenisnya. Sehingga agama pun mengajarkan bahwa jika kita 'tertarik' kepada seseorang maka way out-nya adalah menikahinya. Sebab dengan melewat prosesi itu, semua hal yang semula ditabukan menjadi gugur dengan sendirinya.

Namun adakalanya hubungan pernikahan menjadi hambar. Seiring perjalanan waktu, kadang seorang suami atau istri tak menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya. Lalu masalah yang seharusnya menjadi konsumsi dalam rumah tangga itu berpindah tempat menjadi pembicaraan dengan rekan kerja di kantor. Alih-alih mendapatkan solusi, curhat ke rekan kerja bisa jadi malah berujung pada hubungan terlarang alias perselingkuhan.

Semula seorang istri yang bermasalah dengan suaminya ingin mencari solusi dengan mengambil sudut pandang dari seorang pria. Eh, ternyata pria yang dicurhati justru bertindak lebih dengan mengambil alih kedudukan suami yang resmi. Kacau nian.

Sebab lain forbidden relationship di kantor adalah kebiasaan flirting. Nha ini, siapa yang sering iseng ngegodain teman kantornya? Awas hati-hati. Bisa jadi karena sering digoda, ia malah jadi nekad menjurus ke hal-hal yang menyerempet berbahaya. Sebab bagi sebagian orang, hubungan semacam itu memiliki citarasa tersendiri. Ngeri-ngeri sedap, gitu.

Para Lelaki, Jangan Biarkan Istrimu Bau Terasi
Jamak bagi seorang ibu rumah tangga menomorduakan penampilannya bahkan di depan suami. Berbeda dengan saat dia masih gadis yang memiliki banyak waktu untuk mengurus diri. Tampilan apa adanya itu belum tentu selalu didasarkan pada alasan "Udah laku, kok. Mau gimana lagi?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun