Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bat Cov Inang Corona Pernah Ditemukan di Gorontalo

29 Januari 2020   21:22 Diperbarui: 30 Januari 2020   06:43 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi migrasi kelelawar. Foto via Kompas.com

Tuduhan sebagai agen pembawa virus corona yang ditujukan kepada para kelelawar dibantah. Bukan oleh Bruce Wayne sebagai bapaknya para makhluk nokturnal itu, bukan pula oleh pengacaranya. Namun oleh Menteri Kesehatan RI, Dr. Terawan Agus Putranto.

Kelelawar, Satu-satunya Inang 2019-nCoV?

"Kelelawar yang menjadi tuan rumah asli dari 2019-nCoV akan menjadi alasan yang logis dan nyaman, meskipun kemungkinan host perantara berada dalam jalur penularan dari kelelawar ke manusia," kata para peneliti dari Institut Pasteur Shanghai sebagaimana diberitakan Xinhua. 

Hasil penelitian itu diterbitkan secara daring oleh Science China Life Science pada Selasa pekan lalu. Simpulan itu didapatkan setelah para ilmuwan meneliti dan membandingkan urutan genom dari 2019-nCoV dengan coronavirus yang diketahui menginfeksi manusia yakni SARS dan MERS.

Sementara itu, informasi mengenai bahaya mengkonsumsi menu kelelawar di meja makan pun viral di media sosial. Ada di antara netizen yang menyertakan video penikmat kuliner yang dengan asyiknya menyantap hidangan tak lazim itu. Sebenarnya bukan cuma menu tak lazim, netizen asal negeri tirai bambu memang kerap muncul di media daring melalui aksi mukbang mereka (makan dalam porsi besar). 

Tanggapan pun bermunculan. Pengguna jagad maya menganggapnya sebagai sebuah akibat dari saking keterlaluannya manusia dalam mengkonsumsi makanan. Secara normatif, mereka menganggapnya sebagai hukuman yang diturunkan Tuhan atas tak dihiraukannya aturan-Nya. 

Sah-sah saja mengikuti alur berpikir seperti itu. Toh secara logis, Tuhan memang Maha Berkehendak. Tapi tentu hal itu tak cukup untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya saintifik.

Menkes Terawan Membantah

Saat menghadiri Ramah Tamah dan Silaturahim di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar (26/01), Menteri Kesehatan RI dr. Terawan Agus Putranto membantah keterkaitan kelelawar dengan virus corona.

"Tidak ada, hoaks itu. Dikaitkan dengan kelelawar segala. Tidak ada itu," kata mantan perwira berpangkat Letjen itu sebagaimana dilansir Vivanews. 

Pernyataan Menkes itu secara tak langsung menyangkal informasi yang disampaikan oleh direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, Gao Fu. Sebelumnya pejabat Cina itu mengungkapkan adanya indikasi bahwa 2019-nCov berasal dari hewan liar yang dijual di pasar makanan laut di Wuhan. 

Studi lain menyebutkan bahwa vektor virus corona adalah jenis ular berbisa yang ditemukan di Cina bagian tengah dan selatan serta  Asia Tenggara. 

Berbekal sampel virus yang diisolasi dari pasien mengalami sakit selepas berkunjung ke Wuhan pada akhir Desember lalu, para ilmuwan di Cina berhasil menentukan kode genetik virus dan menggunakan mikroskop untuk memotretnya. Mereka lalu menyimpulkan bahwa patogen yang bertanggung jawab atas pandemi ini adalah virus corona baru. Demikian dilaporkan CNN.

Penemuan Inang Virus Korona di Gorontalo

Pada 2013, gabungan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Negeri Gorontalo, telah melakukan penelitian terhadap sejenis kelelawar di Gorontalo.

Mengambil sampel berupa urin, kotoran dan biopsi kulit kelelawar berjenis kalong hitam (Pteropus Alecto) di Hutan Bakau Olibuu, para mahasiwa melakukan riset untuk mengidentifikasi genetik inang.

Dari 95 sampel yang diambil, 24 di antaranya diduga positif terkena virus corona (Bat CoV). Lalu untuk merunut susunan genetikanya, 8 dari 24 sampel tersebut diteliti lebih lanjut. 

Hasilnya, 3 sampel Bat Cov itu identik dengan virus corona yang pernah menyerang kelelawar berjenis Dobsonia Moluccensis yang tinggal di Surabaya dan Yogyakarta. Sedangkan sisanya, sebanyak 5 sampel identik dengan Bat Cov yang berasal dari Thailand.

Meski diklaim dapat menularkan virus melalui bekas gigitan pada buah yang lalu dikonsumsi manusia, hingga kini belum ada laporan tentang penyakit yang ditularkan melalui vektor ini. Hal itu nampaknya memerlukan studi lanjutan agar ditemukan sebab-sebab ilmiahnya*.

Baca juga artikel lainnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun