Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Suzuki MotoGP, Keterpurukan dan Kebangkitannya

18 November 2019   18:34 Diperbarui: 19 November 2019   20:30 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alex Rins melaju di depan paddock I Foto Suzukiracing.com

Di ajang Motogp, Suzuki Racing menjadi sebuah tim yang tidak atau belum terlalu dijagokan. Meski begitu, dalam beberapa seri tim ini mampu mencuri perhatian saat pembalapnya bertarung memperebutkan posisi teratas atau grup depan. 

Perjalanan Suzuki di era grandprix motor 4 tak dimulai pada 2002 saat Kenny Roberts, Jr yang menjuarai GP 500cc pada tahun 2000 turun dengan menggunakan motor V4 berkapasitas 990 cc, GSV-R 1000. Tak mampu bersaing di papan atas, Suzuki hanya mampu berkutat di posisi tengah. Saat terjadi pemangkasan kubikasi mesin menjadi 800 cc, prestasi pabrikan yang akrab dengan kelir biru pun tak berubah banyak. 

Sempat disponsori oleh raksasa telekomunikasi Spanyol, Telefonica Movistar dari 1999 hingga 2002, Suzuki bergerak mandiri selama 3 tahun setelahnya. 

Pada 2006, pabrik kertas rokok legendaris asal Perancis, Rizla+ menyokong Suzuki Motogp hingga 2011 saat Paul Denning menurunkan bendera Suzuki dari lintasan grandprix motor. Prestasi terbaik Suzuki selama 11 tahun setelah Kenny Roberts, Jr meraih juara dunia adalah saat pembalap asal AS, John Hopkins membawa Suzuki menghuni trap ke empat klasemen akhir musim 2007.

Hidup Enggan Mati Tak Mau 

Siapa yang tak kenal Barry Sheen (juara 1976, 1977) atau Kevin Schwantz (juara 1993)? Mereka adalah legenda grandprix motor yang merengkuh gelar juara di atas motor Suzuki. Ada pula Marco Lucchinelli (1981) dan Franco Uncini (1982) dan juara dunia terakhir Suzuki, Kenny Roberts, Jr yang berjaya pada 2000. Namun hingga 19 tahun berikutnya, Suzuki belum juga dapat mengulangi kesuksesan serupa. 

Alex Rins bersama Kevin Schwantz | Foto Suzukiracing.com
Alex Rins bersama Kevin Schwantz | Foto Suzukiracing.com
Setelah hengkang dari Motogp pada 2011, squad Suzuki kembali ke lintasan dengan bos baru. Davide Brivio yang sebelumnya menjadi salah satu arsitek keberhasilan Yamaha Motogp, didaulat untuk mengibarkan kembali bendera Suzuki pada 2015. 

Meninggalkan mesin lama, Suzuki menurunkan motor yang benar-benar baru, GSX-RR dengan konfigurasi mesin inline 4. Mesin yang dikembangkan sejak 2013 itu untuk menggantikan pendahulunya, GSV-R. Dibangun sejak 2012, GSX-RR mulai dites secara resmi di lintasan oleh Randy de Puniet dan Nobuatsu Aoki pada 2013. 

Sejatinya Suzuki berencana menurunkan mesin itu pada 2014, namun dengan beberapa pertimbangan comeback Suzuki ditunda selama setahun.

Suzuki Resurrection

Rider yang diturunkan Suzuki pada tahun pertamanya adalah Aleix Espargaro dan Maverick Vinales. Espargaro sebelumnya membalap untuk Forward Yamaha dan menduduki posisi ke-7 klasemen 2014. Dan Vinales adalah juara Moto3 tahun 2013 dan peraih posisi 3 Moto2 tahun 2014. 

Di tahun pertamanya, duet Suzuki hanya mampu menorehkan posisi di luar 10 besar, Espargaro di trap ke-11 sementara Vinales di posisi ke-12. Namun setahun kemudian, Vinales mampu menembus posisi ke-4 dan menggondol 1 juara seri (Silverstone, Inggris) dan tiga kali podium ke-3. 

Tergiur kursi kosong yang ditinggalkan Jorge Lorenzo yang hengkang ke Ducati, Vinales memilih Yamaha sebagai tempat persinggahannya di musim 2017. Meski sebelumnya Kevin Schwantz memperingatkan bahwa Yamaha akan memprioritaskan Rossi oleh sebab kedudukannya sebagai pembalap utama. 

Suzuki pun mencari talenta baru sekaligus merombak susunan pembalapnya. Andrea Ianone yang sebelumnya membela Ducati Team direkrut bersamaan dengan didatangkannya Alex Rins dari Moto2. 

Pada musim 2016, The Maniac --julukan Ianone-- mampu memenangkan 1 seri dan tiga kali podium ke-3. Capaian yang sama dengan Vinales pada musim itu meski dari poin tertinggal cukup banyak karena Ianone hanya menempati urutan ke-9 klasemen akhir. 

Alex Rins dan Joan Mir saat race Belanda | Foto Suzukiracing.com
Alex Rins dan Joan Mir saat race Belanda | Foto Suzukiracing.com
Adapun Rins, selama 2 tahun kiprahnya di Moto2, memiliki prestasi terbaik sebagai runner up pada 2015. Meski mesin Moto2 dan Suzuki GSX-RR memiliki kesamaan konfigurasi (inline 4), Rins melewati musim pertamanya dengan terseok-seok. Dari 18 seri yang diadakan, dia hanya mengikuti 13 diantaranya, 1 seri DNS (did not start) saat lomba berlangsung di Amerika Serikat dan tak mengikuti lomba  di 4 seri setelahnya karena belum pulih dari cidera pergelangan tangan. Meraih 59 poin, rookie tim Suzuki itu hanya mampu berada di posisi ke-16 klasemen akhir. 

Sementara Andrea Ianone tak satu pun meraih podium, sehingga di penghujung musim dia hanya mampu bertengger di posisi ke-13.

Limbung Sejenak dan Kembali Bangkit 

Tahun ke dua, Rins semakin kokoh. Posisi ke-5 klasemen akhir diraihnya sebagai hasil dari 5 kali podium (3 kali runner up dan 3 kali podium ke-3). Berbeda nasib dengan Ianone yang hanya naik 3 trap ke posisi ke-10 klasemen akhir karena capaian 1 kali runner up dan 3 kali posisi ke-3. 

Pencapaian 2 pembalap Suzuki membuat pabrikan Hamamatsu lolos dari status konsesinya. Status konsesi adalah dispensasi yang diberikan kepada pabrikan untuk dapat melakukan pengembangkan mesin sepanjang tahun. Selain itu tim dengan status konsesi mendapatkan 9 alokasi mesin selama 1 musim, 2 mesin lebih banyak dari pabrikan non konsesi. 

Karena tak memperlihatkan hasil yang impresif, Suzuki tak menggunakan jasa Ianone untuk musim 2019. Sedangkan Rins dipilih untuk mengisi kursi pembalap utama hingga 2020. Di sinilah kesamaan Rins dan Vinales selain karena mereka adalah sesama Spaniard. Yakni sama-sama pembalap dari level lebih rendah (Moto2) yang mampu menyisihkan rekan setimnya yang lebih senior di Motogp. Dan dari mereka berdua jugalah, Suzuki meraih posisi ke-4 klasemen akhir pembalap.

Davide Brivio | Foto bolasport.com
Davide Brivio | Foto bolasport.com
Untuk menemani Rins, kembali Suzuki mengambil pembalap muda Moto2. Dan terpilihlah Joan Mir yang pada 2017 menjuarai Moto3. Setahun di Moto2, posisi 6 di klasemen akhir diraihnya dan itu cukup membuat Brivio yakin untuk merekrutnya. Sebenarnya Mir masih tergolong baru di grandprix motor. Pemuda kelahiran Palma de Mallorca Spanyol 22 tahun lalu itu baru menjadi full time rider di kelas Moto3 pada 2016 sehingga dia hanya butuh 3 tahun untuk sampai di kelas premier.

Di akhir musim ini, Rins menempatkan diri di peringkat 4 klasemen dengan selisih tipis (6 poin) di bawah Vinales yang berada di peringkat 3. Sementara Mir berada di urutan 12 dengan prestasi terbaik finish urutan ke-5 di Australia. 

Dengan perolehan finish ke-5 Rins dan ke-7 Mir di Ricardo Tormo Valencia kemarin, Davide Brivio merasa cukup puas dengan performa timnya. Manajer teknik, Ken Kawauchi pun mengapresiasi semua anggota tim Suzuki Motogp karena raihan yang baik di tahun ini. 

Kita layak menantikan kiprah Suzuki tahun depan, akankah tim biru akan makin kokoh di lintasan setelah memasuki tahun ke-6 comeback-nya dan setelah 20 tahun gelar terakhir Suzuki.

Baca juga artikel lainnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun