Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desaku antara Logam, Tebu, dan Sebuah Urban Legend

14 Agustus 2019   21:53 Diperbarui: 15 Agustus 2019   12:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Selamat Datang Desa Tegalrejo | Dokpri

Kalau di Jakarta dan sekitarnya, angkringan hanya buka dari sore hingga tengah malam, di desaku angkringan buka buka dalam 2 shift. Ada yang dari pagi hingga siang atau sore, ada pula yang jam malam. Bukan cuma satu atau dua, bisa dikatakan banyak, gaes. 

Stasiun Ceper | Dok. HeritageKAI.id
Stasiun Ceper | Dok. HeritageKAI.id
Satu setengah kilometer dari rumah, ada sebuah stasiun kereta api yang kini sudah tak aktip lagi sebagai tempat transit kereta penumpang. Di situ terdapat gudang PT. Pupuk Sriwidjaja. Saat kuliah, stasiun itu masih aktip untuk angkutan penumpang. Saat melintas di pagi hari, kereta ekonomi yang datang dari Jakarta dengan tujuan Solo atau Surabaya berhenti dan menurunkan penumpang di situ. 

Pabrik Gula dan Urban Legend

Aset daerah lain yang ada di sekitar desaku adalah sebuah pabrik gula yang dibangun dan beroperasi semenjak zaman Belanda. Saat kecil, aku dan teman-temanku punya tradisi nakal saat lori-lori yang mengangkut tebu dari perkebunan menuju pabrik. Pabrik itu terletak di pusat kota kecamatan Ceper. Aku lupa sejak kapan tepatnya pabrik gula itu tak beroperasi lagi.

Menurut cerita bapak, Klaten yang memiliki 2 pabrik gula --pabrik satunya berlokasi di desa Gondang-- membuat produksi tak efektip. Karena areal perkebunan tebu saat ini sebenarnya cukup dihandle oleh sebuah pabrik gula saja. Maka pabrik di Ceper akhirnya di grounded. Dulu saat SD, pabrik itu masih beroperasi.

Di sana pun pernah diadakan kompetisi Pramuka sekecamatan. Pesta Siaga nama helatannya dan aku menjadi salah satu perwakilan SD-ku. Kini, semak belukar memenuhi areal yang entah berapa luasnya itu. Gelap gulita kalau malam, gaes. 

Ada sebuah tradisi masyarakat sekitar yang masih berjalan hingga kini. Dulu, sebelum musim giling -- sebutan untuk aktivitas produksi pabrik, pada musim panen tebu -- biasanya diawali dengan pengadaan pasar malam. Kami menyebutnya dengan cembrengan. 

Bagian dalam PG. Ceper Baru. Dua buah cerobong asap ini terbuat dari susunan batu. Pada gempa Yogya silam, konstruksi tua itu runtuh mulai pada bagian tengahnya. | Foto. blusukanpabrikgula.blogspot.com
Bagian dalam PG. Ceper Baru. Dua buah cerobong asap ini terbuat dari susunan batu. Pada gempa Yogya silam, konstruksi tua itu runtuh mulai pada bagian tengahnya. | Foto. blusukanpabrikgula.blogspot.com
Konon, pabrik gula tua itu memiliki penjaga berupa sesosok ular besar. Entah mitos atau fakta tapi ceritanya pernah ada warga yang menjumpai sosok makhluk itu. Allahu a'lam. 

Hingga kini, cembrengan itu masih digelar meski pabrik gula sudah tak beroperasi lagi. Kalau nggak salah, dilaksanakannya saat menjelang tahun baru Islam atau Jawa, yakni Muharram atau Sura.

Itulah sekitas cerita tentang kampung halamanku. Yang hingga saat ini, masih saja kurindukan. Seperti lagu itu.

*Mulai ditulis di Ceper dan diselesaikan di atas Kereta Senja Utama yang tengah melaju ke Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun