Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akal Sehat Itu "Oportunistik"

8 April 2019   15:59 Diperbarui: 14 April 2019   19:05 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada segolongan orang yang kerap menjadikan frasa "akal sehat" sebagai senjata untuk berargumen dengan orang lain. Yang ujung-ujungnya adalah menafikkan kebenaran yang mungkin datang dari orang-orang yang berada di seberangnya itu.

Mereka kerap mengedepankan daya nalar yang berasal dari sebagian poin dari sekian banyak poin yang harusnya diketahui dari sebuah permasalahan yang sedang dikritiknya. Dan dengan itu, mereka memvonis semuanya.

Kadang juga, mereka berusaha memenangkan sebuah polemik hanya dengan permainan kata. Berkelit ke sana kemari, selincah Jet Lee saat memainkan jurus Tai Chi.

Manusia diciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangannya, dengan segala kemampuan untuk menjadi benar ataupun salah. Dan semua itu tak disematkan-Nya kepada gender, suku, agama ataupun identitas lainnya apalagi orientasi politik. 

Benar dan salah bisa bertengger di perbuatan siapapun. Itulah wujud keadilan Tuhan yang melihat manusia dari ketaqwaanya, yang berusaha benar karena mematuhi-Nya dan keliru saat meninggalkan-Nya.

Namun kini, nampaknya hal itu hendak dideligitimasi oleh sebagian orang dengan mengatakan bahwa kebenaran hanya milik golongannya. Yang naifnya, orientasi politiklah yang menjadi nakhodanya. 

Orang Jawa pun bilang, "Apa tumon?!". Dan Brad Pitt pun menyahut,"How come?!"

Akal sehat sebagai oposisi dari akal tidak sehat, tentunya punya rekomendasi untuk menilai setiap perbuatan baik itu baik dan yang buruk itu buruk. 

Namun entah karena apa, kadang--mungkin sering-- "pemilik akal" sehat acuh tak acuh terhadap penggunaan akal sehat yang tak semestinya. Yakni melakukan kejahatan seperti menciptakan kebohongan lalu menyebarkannya, memfitnah atau sekedar melecehkan orang lain dengan kata yang tak pantas.

Oh, mungkin saat kejahatan itu terjadi, akal sehat sedang tidur, istirahat, cuti atau sedang enggan bekerja?

Seingatku mereka pernah berkata mengenai keadilan yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Sebuah kondisi yang mereka gambarkan sebagai keadaan dimana akal sehat sang pengadil yang berat sebelah dalam memutuskan sebuah perkara. Satu hal yang harusnya tak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun