Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 25

16 April 2017   19:08 Diperbarui: 17 April 2017   04:00 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

DUA BATU YANG BERPUTAR

Aku dan Aji masih asyik berbincang-bincang hingga kemudian perbincangan kami dikejutkan oleh sebuah suara yang berasa akrab di telinga. Rupanya kakek tua yang pernah menyelamatkanku itu sudah berada tidak jauh dari kami. Aku tidak tahu kapan kakek tua itu datang.

"Nampaknya pembicaraan kalian sangat seru...", suara kakek tua itu menghentikan perbincangan kami.

"Guru...", ucap Aji secara spontan.

Aku melihat Aji menunduk dan memberikan hormat. Dengan rasa kikuk akupun melakukan hal yang sama. Hormatku dan Aji dibalas dengan anggukan dan senyum khas kakek tua itu.

"Ikutlah ke belakang bersamaku...", ucap kakek tua itu sambil memutar badan dan berjalan menuju belakang pendopo.

"Sendiko dawuh...", jawab Aji spontan sambil melakukan penghormatan kembali.

Aji kemudian langsung berdiri dan mengikuti kakek tua itu. Aku mengikuti Aji sedikit dibelakangnya. Kami semua berjalan menuju arah yang dimaksud oleh kakek tua itu yakni di pendopo belakang.

Setelah melewati sebuah pintu, kami semua masuk ke dalam pendopo yang letaknya lebih ke dalam lagi. Ruangan di dalam ini ternyata cukup luas. Terdapat juga beberapa meja, kursi panjang dan pendek dari kayu yang ditata rapi di pinggir-pinggir ruangan. Terdapat dua buah pintu di ujung yang satunya lagi. Kakek tua itu kemudian memilih sebuah kursi pendek yang berada tidak jauh dari pintu masuk pendopo dalam.

"Duduklah...", ucap kakek tua itu.

Aji langsung memilih tempat duduk didepan kakek tua itu pada kursi yang lebih panjang. Aku mengikuti Aji dan kemudian duduk disebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun