Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pedas Rasanya, Manis Harganya

10 Februari 2017   15:07 Diperbarui: 10 Februari 2017   15:22 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Baruddin menunjukkan hasil panen Cabenya (Doc. FMT)

Kecamatan Bies,di kabupatenAceh Tengah memang hanya sebuah kecamatan yang luas wilayahnya relative kecil hanya 2.886 Hektar (28, 86 km2), bahkan merupakan kecamatan dengan luas terkecil dibandingkan dengan 13 kecamatan lain yang ada di Kabupaten Aceh Tengah. Namun kecamatan ini memiliki potensi pertanian yang luar biasa, hampir 70 persen wilayah kecamatan ini merupakan areal perkebunan kopi arabika Gayo, sementara sisanya merupakan areal pertanian hortikultura dan tanaman pangan. Selain memilki potensi kebun kopi yang tumbuh dan terawatt dengan baik, beberapa komoditi hortikultura seperti cabe, tomat, kol, markisa, jeruk keprok dan terong belanda, berkembang cukup baik di wilayah ini.

Salah satu komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikembangkan oleh petani mamupun kelompok tani di wilayah ini adalah komoditi cabe, khususnya cabe besar jenis TM dan cabe Rotan. Selain para petani disini sudah mahir dalam teknis budidaya cabe, harga pasar cabe yang dalam beberapa tahun terakhir relatif stabil, membuat petani di daerah ini cukup antusias mengembangkan komoditi yang beberapa waktu lalu harganya sempat “meroket” ini. Meski harga cabe sekarang sudah tidak setinggi beberapa bulan yang lalu, namun antusias petani untuk membudidayakan komoditi ini masih tetap tinggi.

Seperti yang dilakukan oleh para petani yang tergabung dalam Kelompo Tani (Poktan) Tawar Bengi di desa/kampung Uning Niken, kecamatan Bies ini. Memnfaatkan lahan sawah seluas kurang lebih 3 hektar yang sedang “istirahat” (dalam istilah masyarakat setempat disebut lues belang),  para petani mulai mananam cabe sekitar 6 bulan yang lalu dan sejak bulan Desember 2016 yang lalu, mereka mulai bisa memanen tanaman mereka. Meski harga cabe tidak lagi “booming”, namun harga saat ini yang ada pada kisaran 20 sampai 30 ribu rupiah per kilogram, masih memberi peluang kepada petani untuk meraup untung besar dari budidaya cabe mereka.

Gambar 2, Dengan pemeliharaan intensif, tanaman cabe petani ini berbuah sangat lebat (Doc. FMT)
Gambar 2, Dengan pemeliharaan intensif, tanaman cabe petani ini berbuah sangat lebat (Doc. FMT)
Ketika penulis mengunjungi para petani ini, pagi tadi, mereka sedang melakukan panen untuk yang ke delapan kalinya, dan menurut mereka kualitas cabe yang mereka panen kali ini masih tetap sama dengan saat panen pertama satu setengah bulan yang lalu. Dari pengamatan penulis, memang cabe yang dipanen kali ini sangat bagus, berukuran rata-rata besar dan panjang dengan warna merah cerah, tanda cabe yang mereka panen itu sehat dan kualitasnya bagus. Cabe dengan kualitas seperti ini, di pasaran dikategorikan masuk kualitas atau grade A yang tentu saja nilai jualnya cukup tinggi dan menjadi “buruan” para pedagang. Hasil seperti ini tidak terlepas dari perawatan dan pemeliharaan tanaman yang cukup intensif, termasuk pemberian pupuk secara berimbang berkat bimbingan dari para penyuluh pertanian yang ada di BPP Bies.

Ketua kelompok tani Tawar Bengi, Baruddin misalnya, dia hanya menanam cabe varietas “Lado” di lahan seluas 2 rante atau 0,125 hektar, tapi hasil yang sudah dia dapatkan dari budidaya cabe kali ini cukup membuat kita geleng-geleng kepala. Menurut penuturan Badruddin, dalam 7 kali panen sebelunya, dia sudah memperoleh hasil lebih dari 1,5 ton cabe merah dengan harga jual rata-rata Rp 25.000,- per kilogramnya. Padahal kalau melihat kondisi tanaman cabe yang masih terlihat segar dan rimbun dengan buah yang lebat, dia masih bisa memanen beberapa kali lagi. Menurut perkiraan ketua kelompok tani ini, sampai akhir masa panen nanti, tidak kurang dari 2 ton cabe bisa dia panen dari lahan yang tidak seberapa luas itu. Artinya dalam penanaman kali ini dia bisa  mengantongi pendapatan kotor  tidak kurang dari 50 juta rupiah, sementara biaya produksi yang dia keluarkan hanya sekitar 8 juta rupiah.

Pantas saja ketika ditemui di lahan cabenya, Baruddin terlihat sumringah dengan hasil panen cabe yang melimpah itu, karena hanya dengan lahan seperdelapan hektar saja, puluhan juta rupiah keuntungan bertanam cabe bisa dia raih. Tidak salah rasanya kalau kemudian secara berseloroh dia katakan kalau punya tanaman cabe satu hektar, bisa dapat satu mobil Avanza baru. Kelakar Baruddin bukan sekedar bualan atau omong kosong, karena kalau dihitung-hitung, 1 hektar tanaman cabe akan menghasilkan tidak kurang dari 16 ton cabe merah, dengan harga pasar stempat  25 ribu rupiah per kilogram saja, pendapatan petani bisa mencapai 400 juta rupiah, dan kalau dikurangi dengan biaya produksi sekitar 50 juta rupiah, petani masih bisa meraih keuntungan bersih 350 juta rupiah. Benar kata Baruddin, dengan keuntungan sebesar itu, petani bisa saja membawa pulang sebuah mobil Toyota Avanza baru langsung dari show room. Panen serupa juga dirasakan para petani anggota kelompok taninya, rata-rata hasil panen mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah didapatkan oleh sang ketua kelompok,

Gambar 3, Para petani dibantu oleh penyuluh pertanian terlihat bersemangat memanen cabe mereka (Doc. FMT)
Gambar 3, Para petani dibantu oleh penyuluh pertanian terlihat bersemangat memanen cabe mereka (Doc. FMT)
“Kalau diambil rata-ratanya, setiap hektar bisa menghasilkan tidak kurang dari 16 ton cabe merah, dan dari total areal tanam anggota kelompok tani kami seluas 3 hektar, kami bisa memasok ke pasaran tidak kurang dari 48 ton cabe” ungkap Baruddin dengan raut wajah gembira “Alhamdulillah, karena kami melakukan pemeliharaan dan perawatan secara intensif, kualitas cabe dari kelompok tani kami sangat bagus, harganyapun lumayan tinggi pak, dan selama ini kami tidak ada kendala dalam memasarkan hasil panen kami, karena setiap kali panen, beberapa pedagang sudah datang mejemput cabe kami langsung ke lokasi” lanjutnya.

Pantas saja kalau pedasnya rasa cabe, justru dirasakan manis oleh Baruddin dan kawan-kawan,

“Pedas rasanya, tapi manis harganya” canda Baruddin sambil tersenyum bahagia melihat panen cabenya kali ini sangat berhasil. “Apalagi kalau harganya seperti beberapa bulan yang lalu yang mencapai hampir seratus ribu per kilo, pasti keuntungan kami bisa berlipat ganda, tapi dengan harga sekarang ini pun kami tetap bersyukur, usaha tani cabe kami tidak sia-sia, karena hasilnya sudah lebih dari mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga kami” lanjutnya.

Tak hanya para petani yang gembira dengan hasil panen cabe mereka, para penyuluh pun ikut merasa puas, karena jerih payah mereka membina dan mendampingi petani binaan mereka, menunjukkan hasil yang memuaskan. Selama ini, jalinan sinergi para penyuluh di BPP Bies dengan para petani maupun kelompk tani memang berjalan dengan sangat baik. Kehadiran para penyuluh ditengah lahan petani, sangat ditunggu-tunggu oleh para petani, karena selain mengajarkan tentang teknik budidaya tanaman, para penyuluh itu juga mampu memberi motivasi kepada petani agar usaha tani mereka berhasil dengan baik.

“Seperti yang bapak lihat hari ini, para petani dan penyuluh membaur untuk melakukan panen cabe, ini sudah terjadi sejak proses pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman, Alhamdulillah para penyuluh disini sangat dekat dengan para petani, dan berkat kedekatan seperti ini, apa yang kami sampaikan kepada petani selalu mendapat respon positif, dan hasilnya, pendapatan petani meningkat secara signifikan” ungkap Mulyadi, SP, Kepala BPP Bies “Kalau petani bisa meningkat kesejahteraannya, itu berarti kerja keras teman-teman penyuluh selama ini tidak sia-sia, itulah yang membuat kami juga ikut merasa bangga berprofesi sebagai penyuluh pertanian” sambungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun