Popularitas kopi arabika dari Dataran Tinggi sebagai kopi terbaik dan termahal di dunia, ternyata tidak hanya didalam negeri saja, tapi juga sudah dikenal bi berbagai negara di benua Amerika dan Eropa, tidak terkecuali negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Bukan hanya kalangan pelaku usaha atau pebisnis kopi saja yang mengenal keunggulan kopi Gayo, tapi juga menjadi daya tarik bagi kalangan mahasiswa dan akademisi di banyak negara. Banyak kalangan mahasiswa dari negara-negara tetangga yang kemudian tertarik untuk melihat langsung sekaligus belajar tentang seluk beluk kopi Gayo, mulai dari proses pembibitan, budidaya, pasca panen, prosessing sampai pemasaran komoditi perkebunan yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Gayo ini.
Seperti yang terlihat Rabu (12/9/2018) kemarin, puluhan mahasiswa dari beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, Laos dan Thailand serta dari kawasan Eropa yaitu Swedia dan dari wilayah Amerika Latin yaitu Chili terlihat mengunjungi Kebun Percobaan Kopi Gayo (KP Gayo) yang merupakan unit pelaksana teknis Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian. Sebanyak 26 mahasiswa dari berbagai negara tersebut ditambah 10 mahasiswa dari Fakultas Pertanian UII dan 10 mahasiswa Fakultas Pertanian UMSU ini merupakan peserta Joint Summer Program Biodiversity Indonesian Coffee Story. Program ini merupakan kerjasama Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan dengan beberapa perguruan tinggi di berbagai negara. Program Joint Summer sendiri berisi kegiatan kuliah umum, Praktik Lapangan dan Field trip mahasiswa luar negeri ke destinasi yang menjadi fokus program tersebut. Itulah sebabnya pengelola program kemudian mengajak para mahasiswa tersebut untuk mengunjungi dataran tinggi Gayo untuk melihat langsung dan belajar tentang berbagai aspek tentang kopi arabika Gayo.
Saat mengunjungi Kebun Percobaan (KP) Gayo yang berada di desa Pondok Gajah, kecamatan Bandar, kabupaten Bener Meriah ini, ke 46 mahasiswa manca negara dan dalam negeri ini didampingi oleh beberapa dosen pembimbing, langsung diajak untuk melihat langsung proses pembibitan, budidaya, panen dan pasca panen serta proses pengolahan di tempat tersebut. Kepala KP Gayo, Ir. Khalid didampingi peneliti Ir. Bardi Ali dan Ishar, SP menyambut baik kedatangan para mahasiswa yang ingin belajar banyak tentang seluk beluk kopi Gayo ini. Menurut Khalid, kebun percobaan kopi Gayo ini memang sudah sering dijadikan destinasi kunjungan, studi banding maupun field trip oleh berbagai kalangan baik dari luar daerah maupun luar negeri. KP Gayo juga memiliki fasilitas yang cukup memadai dan kebun percobaan yang lumayan luas, sehingga sangat representatif sebagai tempat pembelajarn tentang kopi dari hulu sampai ke hilir.
"Kami sangat beruntung bisa mengunjungi kebun percobaan kopi Gayo ini, karena disini kami bisa belajar secara lengkap tentang berbagai aspek kopi arabika, mulai dari hulu sampai ke hilir, karena fasilitas dan lahan percontohannya sangat lengkap" ungkap Asrita.
Lebih lanjut Asrita mengungkapkan bahwa para peserta program joint summer ini sangat antusias ketika bisa belajar tentang seluk beluk kopi arabika langsung dari sumbernya, menurutnya banyak sekali manfaat yang diperoleh dari kunjungan field trip ke KP Gayo ini.
Asrita juga menambahkan bahwa pihak UMSU dan UII selaku member dari kerjasama program join summer ini sangat mendukung upaya  usaha tani bebbasis industial yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui program ini, kedua perguruan tinggi ternama di Indonesia ini juga terus berupaya membantu perkembangan inovasi, mengambil aksi untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, mengkonservasi dan memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan, melindungi dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati, merevalitasi kemitraan global untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Kegiatan akademik kunjungan lapangan juga bertujuan meningkatkan kualitas civitas akademika pertanian dan interaksi dengan petani, pebisnis, eksportir dan pemilik coffee shop serta mendukung keanekaragaman hayati kopi yang ada.
Jadi selain belajar tentang aspek budidaya, kunjungan field trip ini juga untuk mencari bahan kajian yang nantinya akan direkomendasikan kepada stake holder terkait untuk pengembangan kopi arabika, bukan saja untuk Gayo tapi juga untuk daerah lpenghasil kopi arabika lainnya serta bagi negara-negara asal para mahasiswa.
"Mengunjungi tempat ini, kami jadi tau mengapa sekarang kopi arabika Gayo menjadi kopi termahal di dunia, ternayata banyak faktor alam yang membuat keunggulan kopi Gayo ini, selain proses budidayanya yang benar-benar organik, ini perlu dipertahankan kesinambungannya dengan regenerasi dan transfer teknologi ke petani muda (melenial) Kopi Gayo, sehingga apa yang saya rasakan hari ini dapat pula dinikmati oleh teman-teman dimasa yang akan datang, saya juga berharap ilmu dan plaman engyang saya dapatkan disini dapat saya bisa diterapkan di negara saya" ungkap Jeff.