Mohon tunggu...
Masduki Duryat
Masduki Duryat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang praktisi pendidikan, berkepribadian menarik, terbuka dan berwawasan ke depan. Pendidikan menjadi concern saya, di samping tentang keagamaan dan politik kebijakan--khususnya di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merekonstruksi Wacana Agama yang Toleran

6 September 2022   08:26 Diperbarui: 6 September 2022   08:35 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merekonstruksi Wacana Agama yang Toleran

Oleh: Masduki Duryat*)

Pada tulisannya tentang Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam, KH. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa ajaran Islam itu universal dan kosmopolitan. Universalisme Islam tercermin dalam ajaran-ajarannya yang sangat memiliki kepedulian pada unsur-unsur utama kemanusiaan (al-Insaniyyah). 

Di samping ajarannya yang berdimensi hukum agama, aqidah, dan etika. Hal ini kemudian dibarengi dengan kearifan yang muncul dari keterbukaan peradaban Islam sendiri.

Sedangkan kosmopolitanisme Islam melengkapi corak peradaban Islam. Dimulai dengan cara-cara Nabi Muhammad mengatur pengorganisasian masyarakat Madinah. 

Kosmopolitanisme peradaban Islam itu muncul dalam sejumlah unsur dominan, seperti hilangnya batasan etnis, kuatnya pluralitas  budaya dan heterogenitas politik.

Kebenaran Filosofis dan Sosiologis

Benarkah ajaran Islam menjamin keadilan, persamaan hak, kebebasan berpikir, tenggangrasa, dan saling pengertian yang besar?

Sebelum menjawab beberapa pertanyaan tersebut, kita ingin memulai dari definisi terma agama, religi dan ad-din. Agama adalah sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu zat yang dianggap Tuhan. Keyakinan itu diperoleh manusia berdasarkan pengetahuan yang bersumber dari kemampuan diri (otodidak) seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim.

Secara etimologi, term agama seakar dengan religion (Inggris), religie (Belanda), religio (Yunani), ad-dien, syariat, hisab (Arab-Islam) atau Dharma (Hindu). Menurut Louis Ma'luf dalam al-Munawar term agama dalam Islam secara spesifik berasal dari kata al-dien (jama' dari kata al-Adyan) yang mengandung arti al-Jazaa wa al-Mukaafah, al-Qdla, al-Malik-al-Mulk, al-Sulthan, al-Tadbiir, al-Hisab. 

Monawar Chalil menafasirkan kata al-dien sebagai bentuk mashdar dari kata kerja "daana-yadiinu" yang mengandung arti antara lain: "cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, taat dan patuh, meng-Esa-kan Tuhan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, agama".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun